Pada suatu waktu, seorang mukmin bertemu dengan prajurit Amerika serikat yang pernah bertugas di wilayah Arab. Di antara obrolan yang ringan itu, terselip pernyataan sang prajurit yang menceritakan susahnya mengatur barisan dalam sebuah upacara militer.
"Untuk menyiapkan pasukan baris berbaris, atau pasukan untuk siap dan rapih, diperlukan komando yang luar biasa," kata prajurit dengan semangat.
Tidak hanya itu, semakin banyak group atau pletonnya, maka dibutuhkan banyak juga komandannya. Dan permasalahan tidak berhenti di situ, barisan juga tidak bisa langsung lurus dan rapih. Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Ditengah cerita itu, tiba-tiba seorang mukmin bertanya kepada prajurit Amerika. Bagaimana kalau kamu diserahkan untuk merapikan sekumpulan orang dengan perbedaan latar belakang, sebanyak di Masjidil Haram?
Disodorkan pertanyaan seperti itu, prajurit Amerika itu langsung bingung. Menurutnya tidak mungkin bisa, jumlah jamaah Masjidil Haram berkisar antara 1-2 juta yang berasal dari berbagai negara saat musim Haji tiba. "Mustahil" jawab prajurit.
Lagi asiknya berfikir, tiba-tiba terdengar suara Iqomat dari menara Masjidil Haram. Seketika itu, prajurit Amerika tertegun seiring dengan berduyun-duyunnya kaum muslimin memadati tiap shaf masjid. Prajurit menemukan jawaban yang sebelumnya tidak terpikirkan, hanya dengan panggilan sholat, berjuta-juta kaum Muslimin menuju satu tempat.
Terlebih lagi, prajurit Amerika heran, karena berjuta jamaah itu tunduk dan taat hanya dengan 1 imam. Ketika takbir, semua turut mengangkat tangan.
Kisah ini menunjukkan betapa indahnya Islam. Tidak ada perbedaan dalam Islam, meski berbeda kewarganegaraan, namun pada hakikatnya Islam itu satu. Satu tuhan dan satu tujuan. "Kami satu. Satu tujuan, Lillaah."
Oleh Yusuf Mansyur
"Untuk menyiapkan pasukan baris berbaris, atau pasukan untuk siap dan rapih, diperlukan komando yang luar biasa," kata prajurit dengan semangat.
Tidak hanya itu, semakin banyak group atau pletonnya, maka dibutuhkan banyak juga komandannya. Dan permasalahan tidak berhenti di situ, barisan juga tidak bisa langsung lurus dan rapih. Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Ditengah cerita itu, tiba-tiba seorang mukmin bertanya kepada prajurit Amerika. Bagaimana kalau kamu diserahkan untuk merapikan sekumpulan orang dengan perbedaan latar belakang, sebanyak di Masjidil Haram?
Disodorkan pertanyaan seperti itu, prajurit Amerika itu langsung bingung. Menurutnya tidak mungkin bisa, jumlah jamaah Masjidil Haram berkisar antara 1-2 juta yang berasal dari berbagai negara saat musim Haji tiba. "Mustahil" jawab prajurit.
Lagi asiknya berfikir, tiba-tiba terdengar suara Iqomat dari menara Masjidil Haram. Seketika itu, prajurit Amerika tertegun seiring dengan berduyun-duyunnya kaum muslimin memadati tiap shaf masjid. Prajurit menemukan jawaban yang sebelumnya tidak terpikirkan, hanya dengan panggilan sholat, berjuta-juta kaum Muslimin menuju satu tempat.
Terlebih lagi, prajurit Amerika heran, karena berjuta jamaah itu tunduk dan taat hanya dengan 1 imam. Ketika takbir, semua turut mengangkat tangan.
Kisah ini menunjukkan betapa indahnya Islam. Tidak ada perbedaan dalam Islam, meski berbeda kewarganegaraan, namun pada hakikatnya Islam itu satu. Satu tuhan dan satu tujuan. "Kami satu. Satu tujuan, Lillaah."
Oleh Yusuf Mansyur
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.