Translate This

->

Monday, March 26, 2012

Lebih Penting Mana, Ibu Kita Atau Istri Kita?

Mas Didin (bukan nama sebenarnya) baru saja menikah dengan gadis Polowijen Malang, cantiknya bukan kepalang. Namun seribu kali sayang, pelitnya tidak ketulungan.

Sejak menikah, Mas Didin diharuskan menyerahkan semua gajinya pada istrinya. Istrinyalah yang mengatur semua pengeluaran rumah tangga. Istilahnya, istrinyalah yang menjadi bendahara keluarga. Awalnya memang tidak ada masalah, tapi sebulan berikutnya, masalah itu muncul saat Ibunya Mas Didin datang minta uang. Mas Didin yang tidak pegang uang akhirnya minta uang pada istrinya. Tapi apa yang terjadi?

Ternyata istrinya tidak mau memberi uang kepada ibu mertuanya. Alasannya, uang belanja tidak akan cukup kalau diberikan kepada ibu mertuanya. Lha nanti kalau beli kosmetik pakai uang siapa? Belum buat beli baju tidur? Buat beli spring bed? Buat beli ini itu? Akhirnya ibu mertua yang kecewa karena tidak diberi menantunya, bernadzar tidak akan datang ke rumah anaknya selamanya. Masyaallah.

Mas Didin yang tahu kalau ibunya tidak dikasih uang hanya diam seperti “kera ketulup”. Ia bingung, apa yang harus dilakukannya? Membela ibunya sebagai bakti kepada orang tuanya dengan kemungkinan istrinya akan memarahinya. Atau membetulkan sikap istrinya dengan kemungkinan akan dianggap durhaka oleh ibunya. (dikutip dari Media Umat: Minggu I - Jumadil Ula 1428 H dengan sedikit pengeditan)

Sahabat fillah, inilah kisah yang sering dan banyak dialami oleh saudara-saudara kita, atau bahkan kita sendiri. Sebagian di antara mereka atau kita masih bingung, mana yang harus diprioritaskan? Lebih penting mana? Ibu kita atau istri kita?



Suami Harus Mendahulukan Ibunya Daripada Istrinya

Sangat wajar kalau anak laki-laki meski sudah menikah tapi tetap memperhatikan ibu dan bapaknya, bahkan ini adalah kewajiban anak kepada orang tuanya, terutama ibu. Meski anak sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri, ia tetap wajib merawat orang tuanya, termasuk menafkahinya seandainya mereka memang sudah tidak mampu bekerja lagi. Anak laki-laki harus taat kepada ibunya, bukan istrinya. Justru istrilah yang harus patuh pada suaminya.

Dalam sebuah hadits shahih, diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)

Seorang sahabat, Jabir Ra menceritakan: Suatu hari datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw, ia berkata, “Ya Rasulallah, saya memiliki harta dan anak, dan bagaimana jika bapak saya menginginkan (meminta) harta saya itu? Rasulullah menjawab, “Kamu dan harta kamu adalah milik ayahmu”. (HR. Ibnu Majah dan At-Thabrani)

Ini berarti apabila orang tua membutuhkan bantuan, maka kita tidak boleh menolak, apalagi sampai menyakiti perasaannya.

Jangan Korbankan Orang Tua Demi Istri, Meskipun Ia Cantik! 

Allah Swt berfirman, “...dan hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu” (QS. Luqman:14). Begitu penting berbuat baik dan berterima kasih kepada kepada kedua orang tua kita, sampai Rasulullah bersabda, “Ridha Allah terdapat pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah terdapat pada kemurkaan orang tua” (HR. Turmudzi).

Demikian tinggi kedudukan orang tua terhadap anaknya, sampai-sampai Allah baru meridhai kita kalau orang tua ridha kepada kita. Sebaliknya, Allah akan marah kepada kita apabila kita menyia-nyiakan orang tua. Karena itu, janganlah seorang anak laki-laki mengorbankan orang tua demi istri, meskipun istri tersebut sangat cantik! Sebab berbakti kepada orang tua termasuk kewajiban pokok yang perintahnya digandeng dengan perintah beribadah kepada Allah, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al-Isra’:23).

Istri Jaman Sekarang Kebanyakan Bermusuhan Dengan Ibu Mertuanya

Jika kita mau jujur, kita akan setuju dengan pernyataan tersebut. Bagi istri, ketemu dengan ibu mertua sama dengan ketemu Mak Lampir. Jenis istri seperti inilah yang jumlahnya seribu seribu. Artinya, sebagian besar istri berperangai seperti itu.

Seorang suami yang bijak seharusnya bisa menuntun istrinya agar sadar dan mengerti bahwa seorang laki-laki meskipun sudah menikah, tapi masih punya kewajiban mengurus ibunya. Istri yang baik tidak akan melarang suaminya berbuat baik kepada orang tuanya. Seyogyanya, seorang istri membantu suaminya dengan cara memberi dorongan dan peluang kepadanya untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Tidak perlu takut, kalau suami memberi uang kepada ibunya, lantas rejekinya istri akan berkurang. Yakinlah, dengan rahmat-Nya, Allah akan melipat gandakannya. Dengan seperti itu, seorang istri akan mendapat pahala kebaikan pula. Sebaliknya, jika istri menghalang-halangi suami berniat baik, maka ia akan mendapat dosa. Wallahu a’lam

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...