Translate This

->

Saturday, April 14, 2012

Doa Entrepreneur dari Revolusi Elpiji Gus Awy’ 9


DoSebenarnya naskah “Revolusi Elpiji” itu sudah saya terima lebih dari dua minggu yang lalu. Penulisnya Awy’ A. Qolamun, thalib (santri) di Rushaifah Abuya Sayid Ahmad bin Muhammad bin Alawy Al-Maliki al-Hasani di Makkah. Namun karena masih ada acaraMultaqo Hai’ah Ash-Shofwah di Pujon (2-3 Feb) dan diteruskan Upgrading Nasional FLP di Kaliurang Jogjakarta (4-6 Feb) kemarin, saya baru bisa membacanya hari ini. Gus Awy’ meminta saya memberikan endorsement atas bukunya itu.

Sudah sebulan lebih saya meninggalkan pekerjaan sebelumnya dari pekerja kantoran dan beralih menjadi pekerja rumahan (maksudnya lebih banyak mengerjakan “pekerjaan rumah” daripada “bekerja” secara semestinya). Namun, ada satu pertanyaan yang masih menggelayut di benak saya. Mengapa jalan hidup saya justru harus keluar dari perusahaan, padahal doa-doa saya sejak setahun terakhir lebih fokus pada kemudahan untuk melepaskan diri dari belitan hutang (min gholabatid-dain)? Anda tentu mengetahui doa yang dicontohkan Nabi saw. itu. Adakah yang salah dengan doa saya?
Rupanya, membaca draft naskah “Revolusi Elpiji” dini hari kemarin telah memberikan jawaban dan membuat hati saya terbuka. Pada halaman 150, Gus Awy’ menuliskan doa itu dengan terjemahan bebasnya:
Di antara doa Nabi: (Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal hazan, wa a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasal, wa a’udzu bika minal jubni wal bukhl, wa a’udzu bika min gholabatid daini wa qohrir rijal). Terjemah bebasnya: ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, biar tidak sumpek, tidak sedih, tidak loyo, tidak malas, tidak jadi pengecut, tidak pelit, tidak kebanyakan hutang, dan tidak dikontrol orang.
Saya jadi seperti tertohok: terbebas dari belitan hutang mungkin memang belum dikabulkan sekarang; tetapi Allah berkenan mengabulkan doa saya yang lain, yakni agar saya “tidak (lagi) dikontrol orang” (wa qohrir rijal), yang included dalam doa itu. Saya “dikeluarkan”-Nya dari perusahaan tempat saya bekerja (baca: dikontrol orang) melalui “skenarionya yang indah” agar saya berkesempatan merintis usaha sendiri (baca: tidak lagi dikontrol orang). Menjadi the real entrepreneur alias pengusaha!
Subhanallah! Walhamdulillah! Wallahu akbar! Semoga ini skenario Allah yang hendak mengabulkan doa saya secara bertahap! Tahap pertama, lepas dari kontrol orang. Tahap kedua, bebas dari hutang. Semoga. InsyaAllah.
Ya Allah! Sungguh indah nian skenario-Mu.
Dini hari itu menjadi titik penting perjalanan hidup saya: bahwa saya tak boleh lagi berpaling. Kemarin adalah timbunan sejarah yang tlah berlalu. Sementara ini mungkin masa transisi yang harus saya lalui sebagai keniscayaan perubahan sejarah. Transisi yang sejak semula sudah saya tulis besar-besar di buku diary saya sebagai “hijrah menuju yang lebih baik, menuju yang lebih diberkahi”.
Terima kasih saya sampaikan tentu saja kepada Gus Awy’, karena lantaran permintaan endorsement bukunya saya mendapatkan suntikan semangat yang luar biasa ini.
Semoga kita semua bisa mendapatkan ibrah (pelajaran) dari kisah ini. Kepada Allahlah saya senantiasa berlindung dari amal yang tidak diterima.
Wallahu a’lam.
tdtgn
Diposkan Ulang oleh Nurkholis 
9

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...