Translate This

->

Saturday, June 16, 2012

Mempelajari dan Mengawal ICT

Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor, KH Hasan Abdullah, sepakat bahwa umat Islam harus profesional. Sebab, ajaran Islam mengandung nilai-nilai profesionalisme.

Bahkan, KH Hasan menyebutkan, Islam adalah agama modern dan membawa umatnya pada kemajuan di sepanjang masa. Seperti Nabi Muhammad SAW, membawa cahaya yang menuntun manusia keluar dari zaman kegelapan (jahiliyah) kepada jalan keselamatan.

Seiring perkembangan zaman, umat manusia kini berada dalam era teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Telepon seluler, misalnya, sudah dimiliki secara masal sehingga memudahkan orang saling terhubung kapan pun dan di manapun. Kemudian teknologi internet yang tak kalah canggihnya untuk mendekatkan dan memudahkan jarak komunikasi antarwarga dunia.

Bagaimana pesantren menyikapi itu? "Kami juga ingin menjadi pendukung dan menguasai teknologi informasi," kata KH Hasan, saat membuka pelatihan Santri Indigo Tahun II Angkatan ke-4 di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor II, Desa Madusari, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (23/3). Kegiatan yang berlangsung dua hari sebagai program CSR Telkom bekerjasama dengn Harian Republika ini mengusung tema "Bangun Kecerdasan Bangsa: Internet Pesantren, Wahana Syiar Digital". Kegiatan tersebut diikuti 100 santri dan 25 ustadz terseleksi.

Tapi, menurut KH Hasan, pesantren tidak mau menelan mentah-mentah ICT. Pasalnya, di dalamnya sebagian besar berisikan materi haram -- seperti juga televisi -- yaitu mengandung tiga unsur 'S': syirik, sadis, dan seks. "Karena itu, kami menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu memposisikan dirinya di antara dukungan pesantren terhadap teknologi informasi sekaligus mengawal dan mewaspadainya. Sebab, sampai saat ini, isi website lebih banyak yang haram daripada yang halal," jelasnya.

Pengasuh Ponpes Gontor II, Husni Kamil Djaelani, menambahkan, pihaknya peduli terhadap upaya membentuk santri yang berpengetahuan luas. Mulai dari wawasan keislaman, penngetahuan umum, sampai teknologi. Santri pun diwajibkan bisa komputer. "Islam itu modern. Tapi, modern berdasarkan syariah," tegasnya.

Bagaimana dengan internet? Ponpes Gontor menjadikannya sebagai ekstra kulikuler, tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Itu pun sebatas pengenalan dan selalu dikawal oleh ustadz, agar akses mereka ke internet tidak melenceng pada konten yang diharamkan agama.

Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Dr (Eng) Imam Robandi MT, dalam ceramah motivasinya kepada peserta Santri Indigo, juga menyatakan bahwa orang-orang beriman harus mengawal ICT. "Jangan berpikir yang negatif-negatif, agar tidak terjerumus betulan pada hal yang negatif. Mari kita berpikir yang baik-baik saja, agar mendapatkan hal yang positif dari ICT itu," katanya.

Pakar elektro itu mengajak santri untuk kreatif dalam memperlakukan ICT. "Jangan hanya tahu kulitnya, tapi pelajari dan kuasai teknologinya," kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu.

Ia mengingatkan, ICT itu sudah menjadi persaingan global. Untuk bisa ikut di dalamnya, harus dimulai dengan memahami ICT sedini mungkin. "Kalau tertinggal, kita akan kalah terus oleh bangsa lain," kata Imam.

Imam mengungkapkan, banyak yang gagal menguasasi ICT karena tidak cerdas dalam menyikapinya. Maka, supaya efektif, ia menyarankan untuk menguasasi ICT dengan cukup fokus pada teknologi terbaru.

Imam juga memotivasi peserta Santri Indigo untuk gaul atau mengakrabi struktur komponen ICT. Pada komputer, misalnya, input device (keyboard, mouse), memory, database, addressbase, dan controlbase. Lalu, output device seperti printer, infocus, dan monitor.

"Kuasailah teknologi dari yang paling belakang (keluaran terakhir) atau minimal ekornya. Bahkan, mempelajari ICT itu bisa dipotong-potong. Tapi, jangan menunda-nunda dengan alasan menunggu hadirnya teknologi terbaru," tutur pakar elektro yang sejak SMP suka mengutak-atik dan bongkar pasang radio, sekaligus memperbaikinya.

Yang tak kalah pentingnya, menurut Imam, generasi muda harus memiliki keterampilan di bidang ICT yang tidak banyak dimiliki orang lain, supaya keahliannya dihargai mahal. Misalnya, tren dunia saat ini banyak orang menguasai perangkat lunak (software) ICT. Padahal, yang mahal adalah ahli perangkat keras (hardware). "Tapi hardware ini paling dijauhi. Orang Indonesia pun alergi," ujarnya.

Yang juga mahal nilai jualnya, imbuh Imam, adalah pemanfaatan ICT untuk membuat animasi. Bagi kalangan santri, ini juga merupakan peluang emas untuk mendakwahkan ajaran agama lewat kreasi imajinasi media audio visual itu.

Customer Service Manager Telkom Regional V Jatim, Raden Lukman Hakim, sependapat. "Pelatihan Santri Indigo ini harus mampu mebentuk individu yang punya budaya kreatif dalam memanfaatkan internet, sehingga muncul ide-ide yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat," katanya. Wardiyanto, ed: kelana, (Slamet Riyanto)
http://santri-indigo.blogspot.com/2010/03/mempelajari-dan-mengawal-ict.html

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...