ISID Gontor Jalin Kerjasama dengan Universitas Islam Rusia
Laporan: A. Supardi Adiwidjaya
RMOL. Pimpinan Pondok Modern Gontor, KH Syukri Zarkasyi tampaknya menerapkan pepatah lama dan selalu aktual, "Menyelam sambil minum air," saat bermuhibah ke Rusia dalam pekan ini.
Sembari menjadi pembicara pada forum Interfaith Dialogue Indonesia-Rusia, dia juga menandatangani kerjasama bidang pendidikan antara Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dengan Universitas Islam Rusia. Keduanya sepakat mengembangkan kerjasama bidang pendidikan agama Islam.
"Di bawah guyuran sinar matahari yang temaram, MoU on Internastional Educational Cooperation antara keduanya diteken di kota Kazan, bagian tengah Rusia," jelas Counsellor, Penanggungjawab Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, M.Aji Surya, dalam keterangan pers yang diterimaRakyat Merdeka Online, Rabu (8/6).
Konsep yang baru seminggu dilayangkan oleh ISID tersebut, lanjut Aji Surya, langsung disambut hangat oleh pihak Rusia tanpa ada perubahan yang signifikan. Dari pihak Rusia, hadir langsung Rektor Universitas Islam Rusia, Prof. Dr. Rafik Mukhametsin.
Sembari menjadi pembicara pada forum Interfaith Dialogue Indonesia-Rusia, dia juga menandatangani kerjasama bidang pendidikan antara Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dengan Universitas Islam Rusia. Keduanya sepakat mengembangkan kerjasama bidang pendidikan agama Islam.
"Di bawah guyuran sinar matahari yang temaram, MoU on Internastional Educational Cooperation antara keduanya diteken di kota Kazan, bagian tengah Rusia," jelas Counsellor, Penanggungjawab Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, M.Aji Surya, dalam keterangan pers yang diterimaRakyat Merdeka Online, Rabu (8/6).
Konsep yang baru seminggu dilayangkan oleh ISID tersebut, lanjut Aji Surya, langsung disambut hangat oleh pihak Rusia tanpa ada perubahan yang signifikan. Dari pihak Rusia, hadir langsung Rektor Universitas Islam Rusia, Prof. Dr. Rafik Mukhametsin.
Rafik Mukhametsin, menjelaskan mengapa kerjasama ini tidak perlu dicerna terlalu lama, karena manfaat yang mungkin dipetik sudah bisa diperkirakan. Berdasarkan pengalaman kunjungannya ke Indonesia serta pengiriman beberapa mahasiswanya ke UIN di Malang, menunjukkan hal-hal yang sangat positif. Karenanya, MoU ini disegerakan penandatanganannya pada saat kunjungan pimpinan Pondok Modern Gontor sedang berada di Kazan.
Rafik lebih lanjut menyatakan, pengiriman mahasiswanya ke berbagai negara yang tidak multikultur, multietnis dan multi agama menjadikan mereka asing ketika pulang ke Rusia. Inilah yang menyebabkan orientasi belajar ke luar negeri bagi mahasiswanya kini tertuju ke negara-negara yang mirip dengan Rusia.
"Dan bagi saya, Indonesia merupakan negara yang paling tepat untuk studi anak-anak kami," ujar Rafik mantap.
Sedangkan KH. Syukri Zarkasyi menyatakan kakagumannya atas semangat keagamaan yang ada di Rusia saat ini dan keharmonisan hidup masyarakat di Kazan. Diyakini, tautan kerjasama dengan Indonesia yang sudah terbangun selama ini akan bisa berkembang pesat atas dasar saling tolong menolong dan jiwa yang ikhlas.
"Silakan datang ke Indonesia menjadi bagian dari kami," katanya.
MoU kerjasama pendidikan antara keduanya direncanakan berlangsung selama 3 tahun dan mencakup bidang tukar-menukar pelajar, riset bersama, program pelatihan, kuliah jarak jauh, seminar serta publikasi bersama. Kerjasama itu mulai berlaku saat ditandatangani pada 7 Juni 2011.
Perkenalan Universitas Islam Rusia dengan dunia pendidikan Indonesia terjadi saat sang rektor berkunjung ke Indonesia pada tahun 2009 untuk meneken kerjasama dengan UIN Jakarta, Yogyakarta dan Malang. Kunjungan yang didesain oleh KBRI Moskow dan Kemenag itu segera membuahkan hasil. Tahun lalu, sebanyak 6 mahasiswanya telah dikirim untuk menempuh S2 di UIN Malang dan tahun ini juga merencanakan pengiriman serupa ke UIN Malang atau Yogyakarta atau Jakarta. Mungkinkah mahasiswa Islam Rusia tahun depan dikirim ke Gontor? Kita lihat saja. [zul]
Rafik lebih lanjut menyatakan, pengiriman mahasiswanya ke berbagai negara yang tidak multikultur, multietnis dan multi agama menjadikan mereka asing ketika pulang ke Rusia. Inilah yang menyebabkan orientasi belajar ke luar negeri bagi mahasiswanya kini tertuju ke negara-negara yang mirip dengan Rusia.
"Dan bagi saya, Indonesia merupakan negara yang paling tepat untuk studi anak-anak kami," ujar Rafik mantap.
Sedangkan KH. Syukri Zarkasyi menyatakan kakagumannya atas semangat keagamaan yang ada di Rusia saat ini dan keharmonisan hidup masyarakat di Kazan. Diyakini, tautan kerjasama dengan Indonesia yang sudah terbangun selama ini akan bisa berkembang pesat atas dasar saling tolong menolong dan jiwa yang ikhlas.
"Silakan datang ke Indonesia menjadi bagian dari kami," katanya.
MoU kerjasama pendidikan antara keduanya direncanakan berlangsung selama 3 tahun dan mencakup bidang tukar-menukar pelajar, riset bersama, program pelatihan, kuliah jarak jauh, seminar serta publikasi bersama. Kerjasama itu mulai berlaku saat ditandatangani pada 7 Juni 2011.
Perkenalan Universitas Islam Rusia dengan dunia pendidikan Indonesia terjadi saat sang rektor berkunjung ke Indonesia pada tahun 2009 untuk meneken kerjasama dengan UIN Jakarta, Yogyakarta dan Malang. Kunjungan yang didesain oleh KBRI Moskow dan Kemenag itu segera membuahkan hasil. Tahun lalu, sebanyak 6 mahasiswanya telah dikirim untuk menempuh S2 di UIN Malang dan tahun ini juga merencanakan pengiriman serupa ke UIN Malang atau Yogyakarta atau Jakarta. Mungkinkah mahasiswa Islam Rusia tahun depan dikirim ke Gontor? Kita lihat saja. [zul]
mantab
ReplyDeletemantab
ReplyDelete