Translate This

->

Friday, April 27, 2012

Model Pendidikan Gontor Jadi Bahan Pembicaraan di Rusia


PESANTREN GONTOR/IST
  

RMOL.Membesarkan bangsa ibarat membangun sebuah rumah tangga. Berbagai masalah dan pendapat boleh mengemuka namun harus ada jalan keluarnya secara bijak. Dalam konteks itu, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, menawarkan sebuah konsep model pendidikan yang dibutuhkan.

Hal itu mengemuka dalam dalam acaraIndonesian-Russian Interfaith Dialogue yang dilaksanakan di kota santri Rusia, Kazan, (Senin, 6/6). Selain di Kazan, kegiatan serupa juga akan dilangsungkan di Moscow State Institute of International Relations hari ini, (Rabu, 8/6).

Acara ini digelar KBRI Moskow dan didukung Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, dan beberapa lembaga di Rusia. Kegiataninterfaith dialogue ini merupakan kali kedua digelar setelah sebelumnya dihelat pada tahun 2009 di Moskow. 

Penanggungjawab Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, M. Aji Surya, dalam keterangan pers yang diterima Rakyat Merdeka Online, mengungkapkan sebanyak lima pembicara tampil pada acara tersebut. Yaitu, Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Komarudin Hidayat; Pimpinan Pesantren Gontor Dr. KH. Syukri Zarkasyi; agamawan dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Prof. Dr Philip K. Wijaya; wartawan Trias Kuncahyono; dan pejabat Kemenag Dra. Abdul Djamil.

Dalam pertemuan yang bertajuk "Building Harmony in Diversity" tersebut, lanjut Aji Surya, tiga pilar pendidikan yang dipakai Pondok Modern Gontor menjadi salah satu bahan diskusi yang cukup hangat, yakni pendidikan keagamaan (ketuhanan), kemanusiaan dan kebangsaan. Pertautan antara ketiganya tidak bisa dipisahkan bila menginginkan adanya keberhasilan pembangunan mental yang mampu menjaga kerukunan kehidupan berbangsa dan bernegara.
 
Dimaklumi, selain berbagai teori sosiologi yang mengemuka, unsur pendidikan merupakan hal yang mutlak dan tidak bisa dinafikan. Inilah bagian penting yang akan membangun kepribadian manusia muda sebelum mereka benar-benar terjun dalam kehidupan dalam bermasyarakat.

Menurut pimpinan Pondok Modern Gontor, Syukri Zarkasyi, setiap manusia yang terlahir di Indonesia, dipastikan memiliki agama, menjadi seorang manusia dan sekaligus menjadi bagian dari sebuah bangsa. Karenanya, untuk membangun sebuah individu yang komplit maka pilar-pilar tersebut harus ditanamkan sejak dini. Gontor sebagai lembaga pesantren sudah dipastikan mengajarkan agama secara intens, menerapkan sistem pendidikan berbasis asrama agar santri bisa bermasyarakat, serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam arti yang luas.

Apabila tiga hal tersebut ditangani secara serius, maka setiap individu akan memiliki potensi iman yang baik, mengerti pluralisme kehidupan serta mampu bergaul di masyarakat dengan mengedepankan prinsip keharmonisan. "Nilai yang diajarkan di Gontor tersebut juga berlaku secara universal," ujar Syukri.

Saat ditanyakan bagaimana membumikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan anak didik, Syukri Zarkasyi menggarisbawahi bahwa penanaman nilai yang efektif bukan hanya melalui buku dan pelajaran di kelas, namun melalui berbagai aktivitas yang sengaja didesain untuk anak didik.

Selain masalah pendidikan, berbagai isu lain juga dibahas dalam interfaith dialogue tersebut seperti soal kekerasan terhadap kemanusiaan, menjaga pluralisme di tengah maraknya kebebasan daerah dan peran pers dalam alam demokrasi. Dari pihak Rusia, selain para agamawan, para akademisi juga ikut menjadi pembicara. 

"Isu-isu yang dibahas merupakan hal yang relevan bagi Indonesia maupun Rusia," kata Dubes Hamid Awaludin. [zul]

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...