Translate This

->

Sunday, April 29, 2012

Menapak Jejak Islam di Andalusia


Kamis, 29 Maret 2012 
HANUM terkejut dengan reaksi Fatma terhadap sekelompok orang yang mengolok-olokkan Islam di depan mereka. Reaksi Fatma sungguh di luar dugaan Hanum. Fatma bukannya balik memaki-maki mereka seperti keinginan Hanum tapi Fatma malah mentraktir mereka.
“Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah dan membawa keberkahan di komunitas nonMuslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.”
Menjadi agen Muslim yang baik. Kalimat yang membuat Hanum tercenung. Bersahabatan Hanum dan Fatma, seorang Muslimah Turki, berawal dari perkenalannya di kelas kursus bahasa Jerman. Persahabatan yang mengenalkan Hanum pada keindahan Islam yang sesungguhnya.
Pertemanan Hanum dengan Fatma tidak saja membuat Hanum melihat Islam dari sisi berbeda juga mengenalkannya jejak sejarah yang ditorehkan Islam di Eropa.
Dari bukit Kahlenberg Fatma memulai ceritanya. Sebuah bukit di kota Wina yang menjadi saksi kekalahan kekaisaran Islam Turki Ottonom di tangan Jerman dan Polandia. Kemudian keduanya berjanji untuk menelusuri jejak Islam di Prancis bersama-sama.
Namun tiba-tiba Fatma menghilang dengan hanya meninggalakan pesan bahwa dia harus kembali ke negaranya padahal keduanya bertekad untuk mengunjungi tempat di Eropa dimana Islam menorehkan sejarahnya bersama-sama.
Tanpa di duga perkenalan Hanum dan Rangga dengan imam mesjid Vienna Islamic Center menghubungkan keduanya dengan sosok Marion, perempuan Muslim Prancis yang mendalami secara khusus Studi Islam Abad Pertengahan dan dosen di Universitas Sorbonne.
Mirion menjadi guide untuk Hanum dan Rangga selama menelusuri musieum di Prancis.
Mirion menunjukkan pada fakta mengenai kebudayaan Islam yang tidak tercatat dalam buku sejarah. Fakta bahwa motif kain yang dikenakan di kepala Maria di semua patung yang di buat pada abad pertengahan adalah lafaz Laa Ilaa Ha Illallah yang ditulis dengan seni kaligrafi arab kuno. Tulisan tanpa sengaja yang dilakukan seniman-seniman Eropa pada abad itu karena pengaruh euphoria kebudayaan Islam yang masuk ke Eropa dalam bentuk hasil dagang seperti hasil tenun dan tekstil yang bercorak kaligrafi.
Fakta bahwa ahli filsafat Prancis Voltaire, 30 tahun setelah menulis fragmen drama yang menjelekkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam menulis esai tentang Islam yang menyebutkan sebagai agama yang menjunjung toleransi.
Fakta bahwa Napoleon Bonaparte membangun monumen-monumen kemenangan atas penaklukannya pada garis imejiner yang searah dengan kiblat Makkah. Apakah ini sebuah kebetulan? (hal 181).
Fakta yang membuktikan bahwa di masa lalu ajaran dan kebudayaan Islam menarik perhatian bangsa Eropa yang membukakan gerbang lahirnya era pencerahan. Islam membuktikan bahwa agama dan ilmu pengetahuan bisa berjalan beriringan dan saling mendukung.
Di bawah kekuasaan dan pemerintahan Islam Andalusia (meliputi wilayah Spanyol dan Portugal) mengalami kemajuan pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan budaya (seni). Pada perkembangannya pembangunan kota Cordoba bukan hanya sebagai pusat pemerintahan juga ilmu pengetahuan. Kota yang melahirkan banyak ilmuwan karena di kota ini di bangun universitas Cordoba yang luas dan megah. Kota yang menjadi tujuan pencari ilmu di Abad Pertengahan. Di kota ini perpustakaan terbesar pertama lahir namun tak meninggalkan jejak karena semua buku di bakar habis saat Raja Ferdinand dan ratu Isabella menaklukannya. Kekalahan pemerintahan Islam ini lebih dulu di picu oleh masalah intern yaitu terpecahnya kekuasaan menjadi dinasti–dinasti kecil (raja kelompok/golongan).
Sedikit sekali buku sejarah Islam yang mengakui bahwa Andalusia bukan saja melambangkan kejayaan peradaban Islam masa lalu tapi juga lambang dari kekalahan, penaklukan, penghinaa, pengusiran, dan perebutan kehormatan.
Sejarah yang menorehkan luka dan trauma mendalam. Sejarah yang menumbuhkan rasa curiga satu sama lain hingga hari ini. Islam, Kristen dan Yahudi adalah tiga agama yang menginduk pada ajaran yang disampaikan nabi Ibrahim namun pada berkembangannya ketiga agama Samawi ini kerap berselisih paham. Masing-masing mengklaim agamanya yang paling benar dan tentu saja itu sah. Hanya saja kadang pengklaiman itu dilakukan dengan segala cara termasuk pemaksaan dan kekerasan. Namun benarkan semua cara itu dilakukan murni atas nama agama?
Jejak sejarah telah membuktikan bahwa ternyata agama hanya sebagai kambing hitam. Agama hanya sebagai tameng pembenaran perebutan kekuasaan dan ego manusia. Perang Salib yang berlangsung ribuan tahun dan pecahnya Andalusia menjadi kerajaan – kerajaan kecil hanya salah satu contoh.
Buku ini bukan sepenuhnya novel seperti yang tertulis di cover buku. Buku ini merupakan catatan perjalanan penulisnya, sepasang suami istri, selama tinggal di Eropa. Dengan pengalaman Hanun sebagai jurnalis menjadikan buku ini enak di baca. Bahasanya padat dan mengalir. Tidak membuat lelah walaupun cukup tebal. Dilengkapi jejak kronologis sejarah dunia sehingga memudahkan membaca memetakan sejarah yang tercatat dalam novel perjalanan ini.*/rina
Judul buku : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia
Tahun : Juli 2011
Hal : 392 halaman

Red: Cholis Akbar

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...