Translate This

->

Tuesday, April 24, 2012

Tentang Gontor


 
Sudah sejak lama sekali Pondok Gontor berdiri, tepatnya pada tahun 1926. Dia berdiri dalam suatu kesunyian dan keterpencilan di suatu tempat yang lokasinya diapit datarang pegunungan di kawasan selatan kota Ponorogo. Tapi kesunyian dan keterpencilan itu tiba-tiba mengema dan menggemuruh.
Tepatnya setelah  bintang-bintang Gontor melesat pada awal-awal tahun 70 an. Bintang yang bergemerlapan KH.Idham Khalid asal Kalimantan, menjadi debut bagi bintang-bintang yang datang pada tahun-tahun belakangan. KH.Idham Khalid yang menggandrungi Buku Bidyat Mujtahid, karya ilmuan terkenal Ibn.Rusyd dari Spanyol itu telah membuka mata banyak orang.

Pendidikan Gontor yang memberikan pernghormatan dan toleransi yang luas kepada mereka yang berbeda pandangan. Perbedaan-perbedaan pandangan dalam hukum Fikih yang biasanya bersifat Furuiyah, Cabang-Cabang Hukum Fikih  dikerenakan tiap ulama memiliki pijakan dan sandaran hukum-hukum sendiri sehingga melahirkan pendapat yang berbeda pula.  Pandangan yang serupa itu diajarkan dalam buku  Bidayat Mujtahid untuk materi Fikih kelas 5 KMI-Kuliyatul Muallimin al Islamiyah.

KH.Idham Khalid memulai pencapaian gemilangnya dengan menjabat  sebagai Ketua Umum NU pada saat itu. Sikap yang sangat santun dan menghargai perbedaan-perbedaan itu menjadikan beliau memiliki branding tersendiri. Lalu beliau melesat  dengan cepatnya  setelag terjun dalam karir politik dan berhasil meraih prestasi sebagai Ketua MPR RI. Pada saat itulah mata orang banyak mulai terbelak dan kagum lalu mereka dibuatnya  dan penasaran dengan Gontor.

Tapi nama Gontor kemudian menjadi semakian kian riuh dan menggemuruh dengan munculnya tokoh-tokoh Dr. Nurcholis Madjid, Kafrawi Rdiwan, MA, yang Penasehat Golkar Pusat, Dr. Hafidz Dasuki yang mesin penggerak Depag, Emha Ainun Nadjib, yang melesat dari Pojok-Pojok Kampus, Lautan Jilbab hingga Ki Kanjeng, Habib Khirzin yang budayawan kondang asal kota Gudeg dan KH. Hamam Ja'far dengan pesantren Pabelan yang melejit dengan Dr. Komaruddin Hidayat-nya; setelah itu lalu meteor-meteor baru  Gontor menghambur dengan hebatnya  setelah itu bintang-bintang berhamburan: Dr. Hidayat Nurwahid, Ketua MPRI, Dien Samsyudin Ketua PP Muhammadiyah, KH. Hasyim Muzadi yang Ketua PP NU, Maftuh Bastumi yang Menteri Agama dan banyak lagi yang sekelas doktor-dokor yang menjadi mesin-mesing penggerak dan pendorong di Perguruan-Perguruan Tinggi ( UIN ).

Tapi; apakah orang-orang besar itu dalam takaran Gontor? Prof. Dawam Raharjo yang tokoh arsitek berdirinya ICMI penasaran dan ingin mendengar dari sumber pertama langsung. Saat itu beliau bertemua dengan KH. Imam Zarkazy. Tapi ketika pertanyaan serupa diajukan, KH. Imam Zarkzy menyahut dengan tegas dan lantang:" Orang besar menurut Gontor itu adalah orang yang mau mengajarkan ilmunya dengan penuh keiklasan meski dia berada di tempat yang terpencil dan di balik gunung sekalipun!!".

Pagi itu menjadi penggalan sejarah tersendiri bagi sejarah pergerakan Gontor. Gontor memiliki takaran sendiri untuk dikatakan menjadi orang besar! Kalau demikian kenyataanya,  maka jumlah orang  besar dalam  takaran itu jumlahnya sungguh tidak terperikan. Ratusan pondok pesantren dengan mengadopsi gaya Gontor yang didirikan para alumninya dan berserakan ke seluruh wilayah Nusantara adalah hitungannya. Kini, lalu, berkumandang gema Seribu Gontor. Seribu Gontor di wilayah Nusantara.

Gontor dengan pernak-pernik dan rupa-rupa alumninya telah memberikan pesona dan kekaguman sendiri. Apalagi ketika Peristiwa Sepetember 21 tahun 2001 yang mengguncang dunia dan membuat George Bush yang pernah singgah di Hotel Salak, Bogors menjadi berang. Perang melawan Terorisme dideklarasikan, lalu orang-orangpun menjadi kaget kalau Kiai Abdullah Basyir yang Amir dari Jamiat Islam itu disebut-sebut terlibat di balik bom-bom yang meledak di Indonesia. Kiai Basyir, alumni Gontor?

Fakta membuktikan kalau Dr. Hidyat Nurwahid dan beberapa alumni Gontor lain yang senior tidak takut-takut menyambangi Basyir yang saat itu menjadi tahanan kepolisian.

Tapi apapun rupa dan bentuknya alumni Gontor itu; tetap masih diketemukan sebuah warna yang bisa ditarik benang merahnya; benang merah itu bersumber dari Wisdom atau Kearifan yang diajarkan di Gontor; baik dari sikap dan keteladanan KH. Ahmad Sahal maupun KH. Imam Zarkazy atau ajaran yang menjadi Visi Gontor yang menyeruapai semangat " Liberte, Egalite dan Freternite yang meledakkan Revolusi Perancis tapi dalam kemasan semangat nilai baru dengan ditambahkan  Keihlasan, Kesederhanaan, Persaudaraan Islam.

Kearifan itu kemudian dikemas dalam materi-materi pembelajaran dari pelajaran mahfudlat, Dien islamy, Muthalaah, Bahasa Inggris dan lainnya. Semuanya diracik dan dikemas menjadi asupan makanan yang diberikan pada siswa-siswa Gontor.

Semangat Kemoderenan seperti yang diusung oleh Dr. Nurcholish Madjid dengan aneka aksesorinya dipatik dari suasana kebebasan yang diajarkan di Gontor. Buku Ad Dien al Islamy  yang diajarkan untuk siswa-siswa kelas III dan IV KMI Gontor menjadi buku favorit Cak Nur, selain Mahfudlot  ( Kearifan dalam Bahasa Arab ) dan Mantiq ( Logika ).

Buku Wisdom Gontor hadir untuk menjadi Vista yang bisa memberikan pemandangan  dan lanskap  serta nuansa baru  bagi mereka yang ingin melihat Gontor. Atau bagi yang pernah belajar di sana, bisa saja menjadi nostalgia seperti menyerupu  Teh Manis Panas  di pagi hari di kawasan kawasan Puncak atau menyeruput secangkir Kopi Panas di pagi hari yang segar di teras rumah, menikmati bangkitnya kenangan-kenangan masa lalu di Gontor.

Buku menjadi bagian dari beberapa buku yang sudah ditulis oleh penulis: Book of Wisdom, Wisdom Kekuasaan, dan juga Wisdom Para Mistikus.

Buku Wisdom Gontor ini akan bisa memberikan bebarapa jawab bagi bintang-bintang yang melesat yang menyerupai hujan meteor, atau bintang yang mirip dengan Supernova yang menimbulkan suara " Bang Besar " di langit-langit Indonesia dan juga Amerika.

Penulis sangat berhutang atas kebaikan dan ketulusan kiai-kiai dan guru-guru Gontor. Dari mereka kearifan-kearifan itu bertaburan seperti permata-permata yang  berkilauan. Indah dan mengesankan. Abadi layaknya berlian de Beers;Diamond is forever! Juga kepada.................

Salam saya,
Tasirun Sulaiman

1 comment:

  1. Wisdom Gontor, seolah memvisualisasi kembali zaman2 indah di Gontor. Visi dan semangat para pendiri Gontor, terus membisiki kita untuk menebar manfaat di mana pun berada. Izin share ustadz..

    ReplyDelete

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...