Jurnal Nasional | Jum'at, 20 Apr 2012
Ahmad Nurullah
Hasibullah SatrawiAlumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir, tinggal di Jakarta
SECARA mengejutkan, beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggalang dukungan untuk meloloskan penggunaan Hak Interpelasi terhadap Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Diberitakan, sudah 38 anggota dewan memberikan tanda tangan sebagai tanda setuju penggunaan Hak Interpelasi terhadap Dahlan Iskan. Jumlah ini sudah lebih dari cukup untuk meloloskan penggunaan Hak Interpelasi yang hanya mensyaratkan dukungan dari 13 anggota dewan.
Dikatakan mengejutkan, karena Hak Interpelasi umumnya digunakan untuk meminta keterangan kepada pemerintah (bisa diwakili oleh menteri terkait) tentang kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hak Interpelasi bisa dikembangkan menjadi Hak Menyatakan Pendapat. Padahal, Dahlan Iskan selama ini justru dikenal sebagai menteri yang sangat baik, pekerja keras, dan terus melakukan terobosan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Tak heran bila sebagian pihak mencurigai adanya ambisi politik tertentu di balik penggunaan Hak Interpelasi di atas. Apalagi Dahlan Iskan belakangan kerap disebut-sebut layak menjadi Calon Presiden (Capres) pada pemilu 2014 dan menjadi Presiden RI yang ke-7.
Sebagai manusia biasa, tentu Dahlan Iskan tidak disucikan dari kesalahan. Namun sungguh kejahatan yang luar biasa bila kesalahan dipolitisasi sedemikian rupa dan dibesar-besarkan hanya untuk kepentingan politik tertentu. Hingga masyarakat kehilangan kiprah baik dari sosok Dahlan Iskan.
Politik Haditsul Ifki
Inilah yang disebut sebagai politik haditsul ifki. Secara kebahasaan, haditsul ifki berarti berita yang najis, berita menjijikkan atau berita bohong. Dalam khazanah keilmuan Islam, haditsul ifkisangat populer, khususnya dalam kitab-kitab Hadis. Haditsul ifki merupakan salah satu “skandal politik‘ terberat yang harus dihadapi Nabi Muhammad SAW di Madinah. Karenahaditsul ifki dianggap melibatkan keluarga Nabi, yaitu Siti Aisyah, para sahabat, dan keluarga Madinah umumnya.
Alkisah, setelah selesai berperang (Perang Bani Musthaliq), Nabi Muhammad SAW beserta semua pasukannya bermaksud segera meninggalkan kawasan perang untuk kembali ke Madinah. Semua pasukan sudah siap bergegas, termasuk Siti Aisyah yang turut serta dalam peperangan tersebut. Tanpa sepengetahuan “para ajudannya‘, Siti Aisyah keluar meninggalkan “tandunya‘ (hawdaj) untuk menyelesaikan hajatnya (menurut sebagian orang: membuang air kecil/atau besar).
Setelah selesai dengan urusannya, Siti Aisyah langsung kembali ke tandu. Namun sebelum memasuki tandu, beliau keluar lagi untuk mencari kalungnya yang hilang. Setelah kalungnya ditemukan, ternyata para ajudannya telah membawa tandu tersebut. Mereka mengira ibu seluruh umat Islam itu sudah berada di dalam tandu.
Siti Aisyah tertinggal oleh rombongan. Beliau yakin, para pengawalnya akan segera kembali bila diketahui bahwa Siti Aisyah tertinggal. Sambil menunggu, Siti Aisyah akhirnya tertidur dan ditemukan oleh sahabat Shafwan bin Mu‘atthal yang bertugas berangkat belakangan. Mengetahui Siti Aisyah tertinggal, sahabat Shafwan merelakan untanya dinaiki oleh umuml mukminin. Sedangkan sahabat Shafwan menuntun unta tersebut.
Peristiwa ini segera menjadi skandal politik yang mahadahsyat di Madinah. Adalah tokoh munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul, yang mempolitisasi peristiwa ini dengan menebarkan berita bohong (haditsul ifki) bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan sahabat Shafwan. Kenyataan bahwa Siti Aisyah tidak ada di dalam tandu bersama rombongan, bahkan menaiki unta Shafwan sambil dituntun, dijadikan bukti politik oleh Abdullah bin Ubay bin Salul beserta kelompok munafik lainnya bahwa telah terjadi perselingkuhan antaran Siti Aisyah dengan sahabat Shafwan. Siti Aisyah tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengatakan bahwa semua itu berita bohong.
Menghadapi peristiwa besar ini, Nabi bermusyawarah dengan para sahabatnya seperti Umar bin Khattab, Ali bin Thalib, dan para sahabat lainnya. Cukup dilematis bagi Nabi, karena pandangan para pembesar sahabat Nabi pun terpecah antara yang membela dan tidak membela Siti Aisyah. Nabi pun mencoba mendesak Siti Aisyah dengan mengatakan, bila kamu (Aisyah) memang tidak bersalah, Allah akan menurunkan ayat yang membebaskanmu dari segala tuduhan berita bohong ini. Tapi bila memang bersalah, segeralah bertaubat.
Kondisi menyesakkan seperti di atas berjalan hingga selama satu bulan. Menurut Siti Aisyah (dalam sebuah riwayat), selama ini Nabi bersikap tidak biasa kepada Siti Aisyah. Hingga akhirnya turun ayat yang secara panjang lebar (Qs. An-Nur: 11-20) membela dan membebaskan Siti Aisyah dari segala tuduhan.
Dahlan dan Sri Mulyani
Pada kesempatan tertentu, sebagian anggota dewan tampak menggunakan politik haditsul ifkisebagaimana di atas (meski tidak sama persis dengan yang pernah terjadi di masa Nabi Muhammad SAW), seperti dalam persoalan Bank Century yang juga diduga melibatkan sosok bersih penuh integritas seperti Sri Mulyani.
Hampir sama dengan yang dialami Dahlan Iskan saat ini, gerakan para politisi Senayan saat itu ditengarai (salah satunya) untuk mempermudah persaingan dalam pemilihan presiden pada pemilu 2014 nanti. Dan persoalan Century sampai sekarang terus dipaksakan kepada para penegak hukum agar sesuai dengan apa yang dinyatakan benar oleh politisi Senayan.
Bagi sebagian pihak, mungkin dirasa tidak adil menyamakan Ibu Sri Mulyani dengan Dahlan Iskan dalam menghadapi manuver politisi Senayan seperti sekarang. Mengingat Sri Mulyani kerap dituduh sebagai sosok yang pro-asing dan tidak prorakyat. Namun demikian, menurut penulis, Sri Mulyani dan Dahlan Iskan punya persamaan yang sangat mirip pada titik tertentu: sama-sama menteri yang dianggap bersih, sama-sama menjadi korban manuver politisi Senanyan, dan sama-sama dianggap pantas untuk menjadi presiden ke depan.
Dalam konteks Sri Mulyani, politik haditsul ifki membuat bangsa ini kehilangan sosok yang dianggap bersih seperti beliau. Kenyataan Sri Mulyani menjadi orang nomor dua di Bank Dunia sekarang menunjukkan bahwa ia punya keistimewaan yang sejatinya berguna bagi perbaikan bangsa ini ke depan.
Kini, Dahlan Iskan yang juga dikenal sebagai sosok yang bersih dan pekerja keras menghadapi manuver politik yang kurang lebih sama dari para politisi Senayan. Sebagaimana yang pernah dialami Ibu Sri Mulyani, Dahlan Iskan tak tertutup kemungkinan akan menjadi tumbal berikutnya dari permainan politik haditsul ifki. n
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.