نَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللَّهَ فَعَسَىٰ أُولٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (at-Taubah: 18)
Para ahli tafsir mengatakan, orang-orang yang memiliki sifat seperti tersebut dalam ayat (beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan hanya takut kepada Allah) merekalah orang-orang yang berhak memakmurkan masjid.
Dari sini hendaknya kita tanyakan kepada diri kita; apakah kita orang yang beriman? Jika kita orang beriman, maka hendaknya kita benar-benar memakmurkan masjid-masjid Allah. Dengan itu, niscaya kita akan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pentingnya sholat berjamaah
Sesungguhnya memakmurkan masjid bisa dilakukan dengan berbagai amalan syar’i (amalan yang sesuai dengan syariat) yang kita lakukan di masjid. Dan tentu saja amalan itu sangat banyak dan beragam. Akan tetapi dari sekian banyak amalan itu, sholat berjamaah adalah amalan paling utama dan mudah dilakukan dalam rangka memakmurkan masjid.
Ketika menjelaskan hukum sholat berjamaah, para ulama telah berselisih pendapat. Sampai-sampai di antara mereka, banyak yang menyatakan wajibnya sholat berjamaah bagi laki-laki, dikarenakan pentingnya masalah sholat berjamaah. Terlepas dari hukum sholat berjamaah, di sini akan disampaikan beberapa hal yang menunjukkan pentingnya sholat berjamaah (terutama bagi kaum laki-laki).
Besarnya pahala sholat berjama’ah
Rosululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
“Maukah kamu aku tunjukkan kepada suatu amalan yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab, “Iya wahai Rosululloh.” Beliau bersabda, “Menyempurnakan wudhu meski dalam keadaan yang dibenci, banyaknya langkah menuju masjid dan menunggu sholat setelah sholat yang lain, itulah ribath (penjagaan).” [Hadits shohih riwayat Muslim]
Rosululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً (أو بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً)
“Sholat berjamaah (pahalanya) melebihi sholat sendirian sebanyak 25 derajat (atau 27 derajat).” [Hadits shohih riwayat al-Bukhori]
Di sini kita bertanya kepada diri kita, apakah kita tidak merasa butuh kepada banyaknya pahala sholat berjamaah padahal dosa dan kesalahan kita sangat banyak?
Jaminan bebas dari neraka dan kemunafikan
Rosululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ
“Barangsiapa sholat (dengan ikhlas) karena Allah selama empat puluh hari dengan berjamaah, dan dia selalu mendapatkan takbir pertamanya imam, niscaya ditetapkan baginya kebebasan dari neraka dan kebebasan dari sifat munafik.” [Hadits hasan riwayat at-Tirmidzi]
Pertanyaan: adakah kita telah dijamin bebas dari neraka atau dari sifat munafik sehingga kita tidak sholat berjamaah? Padahal para shohabat nabi dan juga Nabi – shollallohu ‘alaihi wa sallam – sendiri, yang telah dijamin oleh Allah akan masuk surga, mereka senantiasa memperhatikan sholat berjamaah!
Ketegasan Nabi – shollallohu ‘alaihi wa sallam – terhadap orang yang tidak sholat berjamaah
Rosululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى مَنَازِلِ قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ
“Sungguh aku telah berkeinginan untuk memerintahkan sholat agar ditegakkan, kemudian aku pergi menuju rumah-rumah orang yang tidak mendatangi sholat (berjamaah) lalu aku bakar rumah itu atas mereka.” [Hadits Bukhori-Muslim]
Sungguh ini adalah ancaman yang sangat keras. Bayangkan, bagaimana seandainya Nabi – shollallohu ‘alaihi wa sallam – hidup di zaman kita?
Bahaya meninggalkan sholat jamaah
Rosululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمْ الْجَمَاعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنْ الْغَافِلِينَ
“Sungguh, hendaknya orang-orang benar-benar berhenti dari meninggalkan sholat berjamaah, atau Allah akan menutup hati-hatu mereka kemudian mereka benar-benar menjadi orang-orang yang lalai.” [Hadits shohih riwayat Ibnu Majah]
Adakah kita menginginkan tertutupnya hati ini? Ataukah kita ingin dicap sebagai orang-orang yang lalai? Semoga Allah melindungi kita dari keburukan ini.
Sholat berjamaah bagi wanita?
Keterangan-keterangan di atas dan masih banyak yang lainnya, tentang perintah dan anjuran sholat berjamaah, tertuju dengan jelas bagi kaum laki-laki. Adapun bagi kaum wanita, maka Rosululloh – shollallohu ‘alaihi wa sallam – telah bersabda sebagai berikut:
لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمْ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ
“Jangan kalian melarang para wanita dari masjid-masjid, akan tetapi rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.”[Hadits shohih riwayat Abu Daud]
Dari hadits ini para ulama telah menjelaskan, boleh saja bagi kaum wanita mendatangi sholat berjamaah di masjid selama mereka memenuhi adab-adabnya, sebagaimana sebagian para sahabat wanita dahulu juga ikut sholat berjamaah di masjid. Akan tetapi yang lebih baik bagi mereka adalah melakukan sholat di rumah-rumah mereka.
Inilah penjelasan ringkas mengenai pentingnya sholat berjamaah, semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkannya. Wallohul muwaffiq.
Sukoharjo, 20 Dzulqo’dah 1430 H
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.