Oleh : Ustadz Hasanain Juaini
(Alumni Gontor, Pimpinan Pondok Nurul Haramain, Lombok Barat, NTB)
Ibu – bapak walsantror pernah melihat masjid PUSAKA di Gontor 1 itu? Oh jangan sampai tidak masuk dan shalat sunnah di sana. Masjid besar dan menara tinggi menjulang itu tidak ada apa-apanya dibanding masjid pusaka itu.
Sebuah acara perpotoan terakhir yang juga selalu diikuti dengan disiplin oleh Kyai H Imam Zarkasyi, posisi di depan Masjid Pusaka inilah yang paling diutamakan beliau. Nah sebelum kita diambil photo beliau memberikan penjelasan:
Kurang lebihnya begini:
” Dulu, tahun enam puluhan ketika Indonesia dilanda kekeringan dan paceklik, ratusan santri yang berasal dari luar derah hampir setahunan tidak mendapat kiriman apapun dari orang tua mereka. Gontor jadi lunglai, meneruskan tanpa bantuan walisantri hampir mustahil tetapi lebih mustahil kalau memerintahkan anak-anak itu pulang kampung…ongkos tidak ada…dan kalaupun mereka pulang dengan segala cara toh di rumahnya tidak akan menemukan apa-apa” mengharap negara turun tangan? Lebih mustahil lagi karena justru negera sedang dalam dalam keadaan kacau balau.”
Kyai Zarkasyi dengan cermat menunjukkan pintu depan sebelah kiri yang dilalui Bu Nyai Zarkasyi ketika keluar sehabis shalat dluha. Kyai Zarkasyi dengan mimik khasnya jelas sekali menggigit bibir kiri menahan haru dan meneruskan ceritanya:
” Bu nyai bilang: ” Mas…aku wis ono duit. Sampean ben ngajar wae, aku sing ngurusi arek-arek iki = Kanda…aku sudah punya uangnya. Kanda mengajar saja biar massalah anak-anak aku yang tangani”
Menurut keterangan Pak Zar (ini panggilan akrab, bukannya kurang sopan bagi beliau) maksud bu Nyai adalah semua biaya dan hutang anak-anak itu Bu Nyai yang tanggung dan itu setelah beliau menjual sawahnya sendiri seluas satu setengah hektar (ini seingat saya, kemungkinan lebih dari itu sebab harga sawah belum mahal waktu itu).
Pak Zar melanjutkan penjelasan sambil mendongakkan wajah beliau kelangit, seakan melaporkan kepada Allah betapa beliau bersyukur diberikan seorang wanita dengan kekuatan luar biasa. Itulah ibu yang melahir doktor-doktor, dokter2, jendral2 dan orang2 hebat negeri ini baik yang keluar dari rahim beliau sendiri maupun tidak. Bu Nyai menjadikan semua anak yang diserahkan digontor seperti anak-anak beliau sendiri.
Sampai akhir hayatnya, Bu Nyai Zar selalu berkhalwah di Masjid Pusaka itu. Mulai pagi keluar rumah bersamaan dengan Pak Zar yang masuk mengajar di kelas Bu Nyaipun masuk ke Masjid Pusaka. Beliau keluar sebentar untuk memenuhi kewajiban rumah tangga dan kembali kemasjid dan akhirnya pulang setelah shalat witir.
Paman saya, almarhum H. Asymuni Mukhtar menceritakan, kalau ada anak-anak yang sengsara (sangat2 kesusahan) maka dia ikut sholat malam, maka tanpa perlu melapor Bu Nyai sudah tahu bahwa anak itu sedang meminta sesuatu. Bu Nyai akan membawa santri itu kerumah dan memenuhi apa yang diperlukannya.
Konklusi saya adalah; Jika saja tidak ada Bu Nyai ini rasanya gontor itu sudah tamat riwayatnya.
Pak Zar juga cerita bahwa beliau menanyakan apa yang membuat Bu Nyai begitu kuat puluhan tahun berkhalwah di Masjid Pusaka itu? Bu Nyai konon menjawab dengan pertanyaan: ” Bukankah ada orang yang mencibir mas dengan ungkapan sinis: ” O nanti santri gontor akan datang dari bulan ” ???? Jadi Bu Zar sedang meminta kepada Allah agar cibiran itu justru menjadi kenyataan. Allah maha kuasa, kini santri sudah datang dari ujung timur jepang tinggal dari ujung barat saja. dan bukan tidak mungkin ada alumni yang kelak bisa naik ke bulan lalu kembali ke Masjid Pusaka itu untuk menjawab doa BU Nyai. Insya Allah.
Tukang photo yang menunggu sangat lama tak berani macam-macam mengganggu konsentrasi Pak Zar yang sedang MENANAMKAN ENERGI JUANGNYA KEPADA SANTRI-SANTRINYA. Ini saat-saat terakhir kelas enam di pondok, Pak Zar dan termasuk kami tak ingin satu detikpun diganggu. kami biarkan huruf2 dan kata-kata yang meluncur dari lidah beliau memformulasikan makna-makna yang akan menjadi daya daya kuat untuk menarik keluar potensi-potensi didalam DNA kami hingga bisa memproduksi PRESTASI DI TENGAH MASYARAKAT.
(maaf saya kesulitan mengakhiri kisah nyata ini. akan saya lanjutkan dengan SALAMAN AKHIR TAHUN) Insya Allah
Mas Ridlo, Pak Akrim, Ustaz Rahmat Abu Seman ….dlsb silahkan dikoreksi jika saya ada salah.
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.