Translate This

->

Saturday, June 16, 2012

MENGENANG KYAI IMAM ZARKASYI FAQROH TSANIYAH: Jarum Jatuh Kedengaran


Oleh : Ustadz Hasanain Juaini
(Alumni Gontor, Pimpinan Pondok Nurul Haramain, Lombok Barat, NTB)
Pertandingan Final tenis di Wimbledon atau Rolland Ga-roes mungkin membuat Ibu-bapak terperangah atau kalau saya sendiri mengistilahkannya CEMBURU BERAT, khususnya dalam hal ketertiban penontonnya. Sebegitu banyaknya mereka, riuh rendahnya suasana, nemun sesaat setalah empire mengatakan “thangk you” maka tak satu suarapun terdengar berisik.
Maukah anda merasakan suasana seperti itu di Indonesia? Tempatnya ternyata bukan di Istana negara, di Gedung DPR & MPR atau diruang sidang tipikor sekalipun. Tapi dalam pertemuan-pertemuan Keluarga besar Gontor. Kalau ternyata pertemuan di Gontor berisik, bisa dipastikan itu orang baru atau tamu atau jangan-jangan suara anda sendiri dan pengunjung lainnya.
KYai Imam Zarkasyi seperti biasanya, yang selalu dapat dimengerti isyaratnya, tidak akan memulai berbicara sebelum tercipta suasana yang diistilahkan oleh beliau: “jarum jatuh kedengaran”. Suara daun-daun mangga yang jatuh disamping Balai Pertemuan jelas kedengaran saking sepinya, padahal didalam ruangan itu lebih dua ribuan orang para guru dan santri. Satu kali saja derit kaki bangku atau meja terdengar, bisa membuat Kyai Zarkasyi kuliah panjang tentang ketertiban dan adab dalam pertemuan. Itulah sebabnya meja guru di Gontor itu dibuat tinggi sekali agar pembicara dapat melihat seluruh orang yang ada didepannya untuk menguasai keadaan. Pembiacara adalah satu-satu manusia yang boleh bicara dalam suatu pertemuan. Jadi disiplin pendengar adalah: Diam, dengarkan dengan baik dan jangan mengganggu pembicara dengan berbisik, atau bahkan memandang dengan KULIT MATA alias ngantuk.
Dengan kepekaan luar biasa, beliau akan mendadak diam kalau ada bisik2 atau pendengar tidak memperhatikan. Dengan sigap bagian keamanan mencari siapa gerangan yang melanggar adab pertemuan itu. Aturan harus ditegakkan.
Mungkin yang jarang diperhatikan orang adalah kalau pertemuan berakhir. Kyai Imam Zarkasyi selalu keluar paling akhir. Beliau memperhatikan susunan meja dan bangku bekas pertemuan apakah masih rapi atau kacau balau. Beliau juga melirik bagian bawah untuk memastikan tidak ada sampah berserakan bahkan bekas bungkus permen sekalipun tidak ditolelir. Itulah pula sebabnya kalau ada pertemuan di Gontor selalu ada plang penanda siapa dan kelas berapa yang duduk disuatu posisi. Jika beliau melihat tempat itu kacau dan kotor maka bagian keamanan atau wali kelas dari kelas yang menggunakan tempat itu akan dipanggil kembali ketempat itu untuk mendapat breefing khusus, bisa juga hukuman. Siapapun ngeri kalau begini sih.
Anda salah, kalau berpendapat bahwa Kyai Gontor ini membuang percuma waktunya untuk memperhatikan hal-hal kecil dan remeh macm itu. Bagi beliau adab sopan santun dalam pertemuan adalah PERLAMBANG MAJU MUNDURNYA PERADABAN SUATU BANGSA. demikian yang selalu beliau wejangkan kepada kami: ” Ingat” kata beliau ” Berkumpul dan berjamaah adalah media menyatukan visi dan misi, menyatukan kekuatan dan menyamakan langkah dalam pergerakan dan perjuangan. Jika kalian tidak bisa menghormati adab pertemuan maka berarti kalian telah memupus sejak awal apapun rencna baik yang kalian inginkan”
Anggota Walsantor yth. Setiap melihat pertemuan2 di DPR dan bahkan ketika khutbah jum’at yang ribut dan semrawut, wejangan Pak Yai Zar itu kontan menyambar kesadaran saya. Jika saya ditanya : Apa tolok ukur maju mundurnya peradaban kita bangsa Indonesia. Jawabnya mudah saja: “Lihat saja suasana pertemuan-pertemuan yang kita laksanakan tertibkah atau …”
Demikian dulu untuk kali ini.
Wassalamu’alaikum

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...