Translate This

->

Monday, April 16, 2012

Jihad Gaya Amerika:Pembebasan


Elias Sengor
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (QS 84:6)

Terlahir dengan nama Edward Green, Sengor, empat puluh empat tahun, tinggal di Boston. Dia mengnlami masa kanak-kanak yang suram, lalu menjalani kehidupan sebagai seorang penjahat, dam keluar-masuk penjara. Islam, katanya, membebaskannya dari serangkaian kejahatan, dan sekarang dia hidup dalam kehidupan yang lebih baik, dipandang dari sudut hukum, dengan bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah perusahaan besar di New England.
Dia menjalankan Islam sebaik mungkin, tetapi dia tidak pergi ke masjid setempat secara teratur dan tidak membiarkan rekan-rekan yang lain mengetahui banyak tentang kehidupan pribadinya. Sebenarnya, Sengor adalah nama samarannya; dia memakai nama itu karena dia diasingkan dari masjid, terutama karenn dia suka berkencan.
Sampai berumur sekitar sepuluh atau sebelas tahun, saya mempercayai bahwa nenek saya adalah ibu saya. Sesekali orang yang saya kira saudara perempuan saya pulang ke rumah. Namanya Dorothy. Saya teringat pada suatu saat mereka menunjukkan pada saya seorang lelaki dan berkata, "Itu ayahmu." Tetapi saya tidak pernah berbicara dengannya atau mendekatinya.
Nenek saya terbiasa minum minuman keras. Pernah ketika sedang marah pada saya, dia menendang saya keluar dari rumah. Dia berkata panjang lebar, "Saya bukan ibumu; saudaramu itulah ibumu, jadi keluar kau dari rumah ini."
Saya sangat terkejut. Saya bahkan tidak berpendapat bahwa ibu saya itu merupakan saudara yang baik. Dia membawa saya ke bar. Dia minta saya berdansa dengannya. Saat itu umur saya sekitar lima belas atau enam belas. Dia kasar pada saya. Cara bicaranya tidak sopan.
Saya benci pada semua orang dalam rumah itu. Mereka menghajar abang saya; mereka menghajar saya. Saya ingat saya pernah diikat di tempat tidur dan dipukuli dengan sabuk tentara yang bergesper besar dan tebal. Saya ingat sesuatu terjadi pada ibu dan abang saya. Dan saya ingat ibu saya dahulu mempunyai setrika listrik yang harus dipanaskan di atas kompor terlebih dahulu dan kemudian dipakai untuk menyetrika pakaian. Saya ingat dia memanaskan setrika itu di atas kompor kemudian memukul kakak saya sampai jatuh, duduk di atas tubuhnya dan menyetrika lengannya. Di kepalanya banyak goresan luka karena pukulan-pukulan itu. Saya mempunyai dua goresan luka [menunjuk pada dahinya].
Suatu kali saya diakali untuk pergi ke masjid. Saat itu saya tidak tahu apa-apa tentang Islam. Orang itu bertanya pada saya, "Apa kamu mau pergi hari Minggu untuk bersenang-senang?" Saya pikir dia bermaksud mengajak pergi ke pesta. Kemudian ketika hari Minggu tiba saya tidak ingin pergi; saya ingin santai. Saya bilang, "Saya tidak mau pergi." Orang itu tidak peduli. Dia berkata, "Katanya kamu mau ikut." Dia membuat saya merasa bersalah.
Saya keluar dengan mengenakan pakaian yang biasa saya pakai di jalanan dan dia berkata, "Hei, apa kamu tidak punya setelan yang lain?" Dan saya berkata pada diri sendiri, "Buset, bersenang-senang macam apa ini? Persetan, kemana kami akan pergi? Lalu saya mengenakan setelan saya. Saya ikut pergi. Saya lihat rekan-rekan pria mengenakan dasi kupu-kupu. Wajah mereka berseri-seri seperti bola lampu yang berpijar dan para wanitanya mengenakan gaun panjang.
Mereka membawa saya ke kuil Roxbury, dan saya melihat rekan-rekan wanita itu. Saya menjadi curiga. Mereka memperlihatkan Muhammad Speaks pada s`ya di mobil. Semua itu merupakan hal baru bagi saya.
Saya ingat saat itu saya mengalami semacam halusinasi, sepertinya saya pernah berada di sana. Saya tahu itu bersifat religius tetapi saya pikir itu semacam gereja kulit hitam.
Kemudian seorang wanita yang berdiri di pintu bertanya pada saya apakah saya keberatan untuk diperiksa. Ketika dia menanyakan hal itu pada saya, saya tahu bahwa ini bukan gereja kulit hitam untuk orang dari kalangan saya. Saya ingat rekan-rekan FOI itu bertubuh tinggi besar, dan mereka berkata jika Anda membawa senjata, Anda harus meninggalkannya di luar dan Anda dapat mengambilnya kembali nanti. Mereka menerangkan mengapa mereka menggeledah. Mereka harus menjaga tempat itu supaya aman.
Asisten menteri membuka acara itu. Dia orang yang berkulit bersih dan benar-benar muram. Satu hal yang saya sukai adalah kepandaiannya berpidato. Saya tahu tak seorang pun dapat mengungguli orang itu. Dia berbicara masalah ajaran dasar Yang Mulia Elijah Muhammad. Saya ingat ada papan tulis di atas panggung. Di satu sisi terdapat simbol salib dan di bawah salib itu tertulis "Perbudakan, Penderitaan dan Kematian". Dan di sisi yang lain dari papan tulis itu terdapat simbol bintang merah dan bulan sabit. Di bawahnya tertulis "Kebebasan, Keadilan dan Persamaan". Di atasnya tertulis "Siapa yang akan selamat dari perang Armageddon? Yang mana yang akan selamat dari perang Armageddon?"
Dia berbicara tentang apa yang terjadi pada kaum kulit putih di bawah ajaran agama Kristen, bagaimana orang-orang Kristen membawa kami kemari dan apa yang telah dilakukan penganut agama tersebut atas nama ajaran kristen, dan sebagainya. Dia berbicara selama satu setengah jam, mungkin lebih. Kemudian saya melihat orang yang berkulit bersih itu jalan dan berdiri di atas panggung. Dia berjabat tangan dengan asisten menteri. Kemudian asisten tersebut memperkenalkan sang menteri, dia adalah Louis X.4 Orang yang pertama itu membuat saya terpana, terpesona, dan tenggelam dalam ucapannya. Dan ketika Louis X berdiri dan mulai berbicara, dia begitu berkobar-kobar dan hati saya terpaut pada Islam mulai saat itu.
Kini dia berbicara tentang suatu peristiwa di mana polisi memasuki kuil di California, menembaki tempat itu, membawa keluar tujuh orang dengan tangan diborgol keluar dari sana, merobohkan mereka di tanah, dan menembaki punggung mereka --semuanya, ke tujuh orang itu. Itulah inti dari pidatonya.
Dia begitu berapi-api hingga dia memukul papan tulis itu dengan keras sampai hampir jatuh. Prajurit FOI menangkap papan tulis itu sebelum jatuh ke lantai. Saya sungguh terpesona. Di satu segi saya begitu cemas karena dia membicarakan masalah insiden di California. Dia berkata bahwa hal itu bisa terjadi pada setiap orang Muslim.
Ruangan itu sangat penuh sesak. Saya ingat hari itu saya langsung pulang ke rumah nenek. Saya bercerita pada abang saya dan mengatakan padanya betapa senangnya saya pergi ke tempat itu dan bahwa saya seorang Muslim dan inilah yang saya inginkan. Saya juga ingat saya membeli beberapa koran Muhammad Speaks, dan saya menunjukkan pada abang saya tentang hal-hal tertentu yang diajarkan Louis X. Abang saya berkata, "Hei, lebih baik kau berhenti membicarakan hal itu. Nenekmu tidak akan menyukainya."
Ketika berumur delapan belas tahun, saya pergi ke New York. Saya tidak memiliki pekerjaan, lalu saya berjumpa seseorang di New York. Dia melibatkan saya dalam perampokan bersenjata. Jadi pada usia delapan belas tahun saya telah melakukan perampokan. Saya melarikan diri dengan hasil rampokan itu.
Kami pergi ke sebuah toko pakaian wanita dan merampok toko pakaian itu. Itu merupakan perampokan pertama yang saya lakukan. Setelah itu kami berpisah dan saya mulai melakukan perampokan sendiri. Saya melakukannya seolah-olah saya bangun pagi lalu pergi bekerja. Pekerjaan saya adalah merampok.
Saya merampok toko perhiasan di sekitar Fifty-sixth Street Manhattan. Saya memasuki toko itu. Wanita itu tidak mau memberikan uangnya pada saya, jadi saya tinggalkan toko itu. Saya mempunyai sebuah pistol pelepas pacuan. Ketika saya keluar ada sekerumunan orang yang menyadari bahwa ada sesuatu sedang terjadi di dalam. Saya lari dan segerombol orang mengejar saya. Mereka berteriak, "Rampok! Rampok!" saya masuk ke sebuah taksi dan menodongkan pistol itu ke kepala sopir taksi tersebut. Sopir itu sedang duduk di sana, sedang makan siang. Saya memerintahkan dia untuk segera menjalankan taksinya. Saya punya tiket bis ke Boston. Saya perintahkan dia untuk pergi ke terminal. Dia mulai menyetir dan sebuah mobil menyerempet dari samping taksi. Saya menodongkan pistol dan memerintahkan orang itu untuk berhenti, dan dia berhenti. Mobil kedua menyerempet dari sisi yang lain dan saya melakukan hal yang sama. Tetapi
orang kedua ini juga mengeluarkan pistolnya dan meletakkannya di jendela taksi dan sopir taksi itu berhenti.
Mereka menjebloskan saya ke penjara. Saya dipaksa mengaku melakukan perampokan yang tidak saya lakukan. Mereka menunjukkan sebuah surat kabar pada saya dan berkata, "Engkau melakukan ini." Saya bodoh sekali saat itu. Saya mendapatkan pukulan-pukulan yang sangat keras.
Mereka mengirimkan saya ke Elmira, kemudian ke Green Haven [Lembaga Pemasyarakatan]5
Di penjara saya menulis surat kepada Yang Mulia Elijah Muhammad. Pertama saya menulis surat kepadanya adalah untuk mendapatkan "X" saya. Saya mendapatkan "X" saya di penjara pada tahun 1967. Saya tahu Islam itu baik. Ketika mendapatkan "X" itu, saya menjabat letnan FOI di penjara Green Haven. Saya tidak pernah meninggalkan Injil, Al-Quran, dan buku The Message to the Blabkman.6 Saya mendalami semua itu. Pada 1967 saya menjadi orang yang berbeda.
Penyakit gagap saya hilang karena Islam. Ketika berada di penjara Green Haven, saya diperkenalkan pada Islam, tetaph saya takut setengah mati untuk bicara. Sebab dalam Islam Anda harus bicara. Anda mengadakan pertemuan-pertemuan dan Anda harus membicarakan pelajaran-pelajaran yang Anda dapatkan. Anda harus bicara tentang Al-Quran. Anda harus bicara tentang Injil. Anda harus bicara tentang segala sesuatu. Saya sangat takut bicara. Rekan-rekan saya duduk membentuk lingkaran dan mendiskusikan masalah ajaran agama, lalu tibalah giliran saya. Saya ingat saya mengatakan, "Saya-Saya-Saya-Saya." Saya ingat mereka bilang, "Saudaraku, Anda harus bicara di sini. Jika tidak dapat bicara Anda harus meninggalkan tempat ini." Pada saat itu juga saya mampu bicara dengan lancar.
Sekarang jika saya mengunjungi penjara Green Haven saya langsung mendatangi rekan-rekan di sana dan mengajarkan Islam pada mereka. Rekan-rekan saya mengingatkan, "Mereka akan menguji Anda. Mereka akan menentang Anda" --mereka bicara tentang para staf penjara. "Mereka melakukan hal itu pada semua orang Muslim baru yang masuk kemari, bersiap-siaplah." Jadi ketika saya berada di penjara Green Haven, saya menjadi salah seorang pimpinan pasukan organisasi, seperti seorang sersan. Saya menyimpan Al-Quran dan buku-buku pelajaran saya dalam sel saya.
Pada suatu pagi ketika saya masih tidur, seorang penjaga datang ke sel saya dan berkata, "Buka sel ini! Keluar!" Rekan-rekan saya telah memperingatkan bahwa sesuatu seperti itu mungkin terjadi. Saya keluar dan dia berkata, "Keluar dari ruangan ini!" Saya menuruti perintahnya. Dia duduk di ranjang saya dan menggeledah barang-barang saya. Dia menemukan buku catatan saya yang memuat pelajaran tentang Islam, doa-doa, dan ajaran Yang Mulia Elijah Muhammad. Saya ingat dia membuka buku itu dan merobek-robek halaman-halamannya. Dia menikmati hal itu. Dia membuka Al-Quran, melemparkannya ke lantai --semua itu dilakukan untuk membuat saya tersinggung. Saya tetap berdiri di luar ruangan itu. Dia mengambil Al-Quran dan Injil, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam, lalu mengunci saya sebagai hukuman karena saya memiliki buku-buku Islam.
Sekarang hukuman saya karena memeluk Islam adalah saya dimasukkan ke sel tanpa pakaian. Mereka melemparkan selimut ke dalam sel pada pukul enam petang dan mengambilnya lagi pukul delapan pagi. Hanya selimut. Sel-sel itu terpisah. Dari situ Anda dapat melihat keluar, tetapi ada juga sel yang Anda tidak dapat melihat keluar. Saya juga pernah dimasukkan ke sel yang seperti itu. Rasanya seperti dalam sebuah kotak. Saya dimasukkan ke sana karena memiliki literatur tentang Islam.
Sekarang saya sudah keluar dari penjara. Saya menjadi lebih terkenal daripada sewaktu saya di penjara. Saya segera naik pangkat dari seorang pimpinan pasukan menjadi letnan. [Tertawa]. Saya-senang. Pada kenyataannya, Alhamdulillah, setiap hukuman mereka akan merupakan sesuatu yang baik bagi saya. Setelah saya menyelesaikan hukuman itu saya akan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Anda lihat, Allah selalu bersama saya.
Dahulu kami biasa makan sekali sehari. Para penjaga selalu berusaha memaksa orang-orang Muslim makan babi. Mereka selalu berkata, "Paling tidak Anda harus meletakkannya di nampan Anda." Beberapa rekan akan mengatakan tidak, dan pada saat itu pasti akan timbul masalah. Mereka segera dimasukkan kedalam sel kotak itu boks sebagai hukuman karena agama mereka.
Beberapa tahun kemudian Islam menjadi lebih dapat diterima di penjara. Para penghuni diperbolehkan memiliki barang-barang yang ada hubungannya dengan Islam. Ketika pertama kali saya masuk penjara, itu tidak dibolehkan. Kami melaksanakan shalat dalam keadaan sulit. Maksud saya, kami melaksanakannya di luar, di halaman penjara ketika cuaca bersalju. Kami tetap melaksanakan ajaran Islam dengan teratur. Saya terbiasa melihat penjaga kulit putih berdiri di menara penjaga. Mereka akan mendengarkan ceramah saya atau Thomas 15X Johnson, dan kami coba mengobarkan semangat para narapidana itu. Sering kali Anda mendengar para penjaga itu membunyikan senapan mereka, seolah-olah mereka akan meledakkan otak kami.
Kami melakukan hal itu bertahun-tahun. Pada saat yang sama kami membawa persoalan itu ke pengadilan untuk mengesahkannya. Sistem penjara berusaha menggunakan tipu daya. Pertama mereka mengatakan, "Baik, Anda dapat melakukan kegiatan agama Anda." Dan hal pertama yang mereka lakukan adalah menghadirkan menteri Muslim ortodoks ke penjara, bukan menteri dari Yang Mulia Elijah Muhammad. Mereka berkata, "Sekarang Anda mendapatkan pelayanan Muslim." Kami kembali memohon agar yang didatangkan ke penjara adalah menteri dari kelompok kami. Dan hal itu memakan waktu bertahun-tahun.
Saya memimpin kegiatan agama pertama yang diizinkan oleh sistem penjara di New York. Yang pertama memperbolehkannya adalah penjara Sing Sing. Itu terjadi pada 1971 atau 1972. Kami mengadakan hubungan dengan semua penjara. Ketika rekan-rekan dari Green Haven datang ke Clinton, mereka akan memberitahu rekan-rekan di Clinton apa yang terjadi di Green Haven. Selain itu kami mempunyai perintah tertulis yang sah dari semua penjara. Kami tahu semua penjara sedang berjuang untuk mendapatkan pelayanan keagamaan yang sah.
Sebagian besar orang yang masuk Islam pada 1950 atau 1960-an adalah pelaku kriminal atau orang miskin. Bahkan Yang Mulia Elijah Muhammad mengakui hal itu. Dia mengatakan bahwa sebagian dari Muslim-muslim terbaiknya datang dari lembaga pemasyarakatan. Apakah mereka itu penjahat atau orang miskin tidak menjadi masalah bagi Yang Mulia Elijah Muhammad selama Anda sendiri bisa berubah. Pada akhirnya toh Anda akan berubah. Saya tidak pernah lagi di penjara sejak tahun '76.
Yang Mulia Elijah Muhammad seperti figur seorang ayah bagi saya. Saya tidak pernah mempunyai seorang ayah. Ketika saya di penjara, dia kadang-kadang menulis surat kepada saya, bahkan setelah saya mendapatkan X saya.
Saya tahu bahwa saya akan menjadi seorang Muslim seumur hidup, sejak hari pertama saya mendengar ceramah itu. Saya orang yang fanatik terhadap hal-hal seperti itu. Itu akan berlangsung lama. Apabila sebagian besar umur Anda dilewatkan sebagai seorang penjahat dan tiba-tiba Anda mendengar tentang kebenaran, Anda tidak akan mudah. Anda butuh waktu untuk berubah. Islam tidak seekstrim itu. Sekarang saya lebih suka mendengar tentang Islam, berada di masjid, menjadi mubalig, hidup tenang, optimis, dan segala sesuatunya berjalan dengan sempurna. Hati dan pikiran saya menjadi Muslim sejak hari pertama, tetapi itu tumbuh secara bertahap. Pertemuan pertama itu memang merupakan unsur terbesar yang menggerakkannya. Tetapi hal terbaik yang telah terjadi pada saya adalah ketika saya meringkuk di penjara selama sebelas tahun, menjalani penyiksaan penjara. Karena saya melihat kaum kulit putih sebagaimana mereka adanya, bukan seperti wajah yang dibuat-buat di luar sana. Bagai tuan yang baik hati. Saya melihat orang kulit putih membuat kaum Muslim menjadi gila. Saya telah menyaksikan situasi yang paling sadis yang pernah terjadi pada orang-orang yang percaya pada Allah. Saya melihat mereka menghajar rekan-rekan Muslim tersebut.
Saya ingat pada Lima Penjagal muda itu, dan saya ingat semua rekan-rekan Muslim digiring ke halaman pada hari itu dan saya tetap tinggal di sel. Sekitar lima belas menit sebelum dia datang saya mendengar salah satu penjaga itu berkata, "Kita kedatangan salah satu Putra Tuhan. Kita akan hajar dia."
Anak itu datang. Dia mengenakan simbol bintang dan bulan sabit. Saya ingat mereka berkata padanya, "Lepaskan! Tanggalkan bintang dan bulan sabit itu!" Saya dapat mendengar tongkat polisi mereka memukuli anak itu. Dia masih sangat muda, tak lebih dari delapan belas, atau sembilan belas tahun. Mereka memukulinya hanya karena keikutsertaan anak itu. Setiap kali mereka memukulnya, anak itu berteriak, "Allahu Akbar!" Mereka memukulinya lagi sambil berkata, "Yah, sebut sekali lagi." Dia kembali akan memekikkan " Allahu Akbar!" dan mereka akan memukulnya lagi dan Anda akan mendengar dia mengatakan hal yang sama.
Banyak orang di luar yang tidak mengetahui sisi buruk dari orang kulit putih. Mereka berpendapat bahwa Yang Mulia Elijah Muhammad hanya mengada-ada persoalan ini.
Saya kemudian mencari lowongan kerja di sebuah perusahaan keamanan. Dan sekarang, saya telah bekerja sebagai penjaga keamanan selama hampir sepuluh tahun.

Catatan kaki:

4 Belakangan dia bernama Louis Farrakhan.
5 di Stormville, New York.
6 Yang ditulis Elijah Muhammad, terbit pada 1965.

Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York 1993
Penterjemah: Sudirman Teba dan Fettiyah Basri
Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Jumada Al-Tsaniyah 1416/Oktober 1995
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...