Translate This

->

Monday, June 18, 2012

Manusia Tetap Manusia


mendapatkan kesuksesan dan menuai kebahagiaan, seringkali kita lupa bahwa kita hanyalah manusia.
Selain itu, kita ]uga seringkali lupa bahwa sejatinya,nasib kita tergantung pada takdir. Jarak yang membentangsekaligus menghubungkan kesuksesan dan kegagalan kitasangat mudah untuk ditempuh di mata Allah. Dia-lah Zat Yang Mahakuasa untuk memakaikan pakaian kebesaran rakyat jelata, setelah kita mengenakan pakaian kebesaran sebagai seorang raja atau pemerintah, begitu juga sebaliknya.
Kita sering lupa atau pura-pura lupa bahwa seandainya saja Allah 3 memperlakukan umat manusia dengan logika keadilan mereka dan menerapkan sistem pemerintahan
seorang raja terhadap rakyatnya, niscaya kita semua hanyalah makhluk yang banyak berhutang. Dan tidak akan ada seorang pun yang akan lepas dari pengawasan-Nya.
Sungguhpun demikian, berkat kasih sayang-Nya, lemah Iembut~Nya dan kebijaksanan-Nya, Allah senantiasa menutup mata dan mengampuni apa pun kesalahan kita, selain dosa
besar, walaupun kita semakin larut tertipu oleh muslihat keduniaan dan dikuasai sifat sombong, serta terlalu percaya diri dengan kemampuan pribadi. Kita merasa seakan-akan telah dikarunia pelbagaipengetahuan, sekaligus merasa
enggan menisbatkan semuanya kepada Zat yang berhak berbuat dan mengatur apa pun.
Para pembaca yang dirahmati Allah...Sekarang, kami mengajakAnda untuk membaca sebuah kisah dari Perancis dengan judul, "Juscquau bout Confiance" yang mengandung makna sangat dalam tentang nasib seorang laki-laki yang terkena tipu daya kehidupan iniKisah yang sampai kepada kami, ada seorang laki-laki dari pedalaman yang gemar mendaki gunung. Orang tersebut telah bertekad untuk mewujudkan impiannya mendaki gunung tertinggi dan paling beresiko. Setelah bertahun-tahun lamanya mendaki dan demi mencapai ambisi supaya terkenal dan diacungi jempol, orang ini telah mengambil keputusan untuk melakukan sebuah petualangan yang mendebarkan. Selanjutnya, sang pendaki gunung tersebut mengawali tour-nya, seperti yang telah direncanakan dengan pelbagai macam peralatan dan perlengkapan serta bekal yang telah disiapkan.
Tak terasa, jam demi jam berlalu dengan cepat. Malam pun mulai merayap. Saat itu,kedua kakinya telah mencapai setengah perjalanan, sehingga tidak mungkin akan kembali.
Barangkali, hal itu akan lebih sulit serta berbahaya daripada meneruskan perjalanan. Benar, dia pun terus mendaki dan menelusuri jalan setapak yang sudah tidak terlihat lagi karena malam yang gelap gulita dan dingin yang menusuk, sekaligus
tidak mengetahui kalau-kalau ada hewan liar yang bisa saja menerkamnya dengan tiba-tiba di sepanjang jalan yang serba hitam pekat tersebut.
Setelah beberapa jam berusaha keras dan sebelum sampai di puncak gunung, laki-laki itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh darl puncak gunung. Pada saat itu,
peristiwa-peristiwa terpenting yang dialami berlalu begitu saja di depan kedua matanya, sementara tubuhnya terjepit bebatuan gunung. Pada waktu terjatuh, sang pendaki gunung tersebut berpegangan pada tali yang diikatkan pada pinggangnya sejak mulai mendaki. Beruntung, jangkar yang terikat dengan talinya menancap dengan kuat pada sebuah batu. Sekarang, tubuhnya terikat pada tali tersebut, tidak ada
benda apa pun di bawah kedua telapak kakinya, selain udara hampa yang tak terbatas dan kedua tangannya berlumuran darah, sambil memegang erat sisa-sisa tekad dan ambisinya.Dalam keputusasaan tersebut, dia berteriak, "Tuhan...Tuhan...Tuhan...tolonglah aku!" Tiba-tiba, sebuah suara menggelegar yang memecahkan keheningan malam terdengar olehnya, "Apa yang kamu inginkan? Allah akan mengkabulkan." Dengan penuh harapan, laki-laki tersebut berkata, "Aku ingin selamat. Tuhan, tolong selamatkan diriku ini!" Suara itu menjawab, "Keyakinanmu terhadap kekuatan dirimu lebih mantap daripada keimananmu terhadap Allah. Kenapa engkau meminta pertolongan kepada-Nya?"
"Tidak, aku percaya kepada-Nya. Hanya Dia-lah yang bisa menyelamatkan diriku. Tuhan, selamatkanlah diriku!”tandasnya.
Dengan tegas, sang suara mengatakan, ”Kalau begitu,putuskan tali yang sedang kau pegangi". Setelah beberapa saat, hatinya diliputi keraguan.Dia justru semakin kuat memegang tali tersebut. Akhirnya,keesokan harinya, regu penyelamat menemukan tubuhnya tergantung dua meter di atas tanah, tangannya memegang tali dan membeku karena kedinginan. ”Hanya dua meter diatas tanah.”
Kisah fiksi yang unik tersebut sangat menarik, walaupun seringkali, kita masih lupa hak-hak Ilahiyyah saat kita berjuang untuk mewujudkan impian. Selain itu, ambisi yang menggebu-gebu terkadangjuga menutup mata hati kita. Akhirnya, hanya
tangan yang sedang bekerja, telapak kaki yang berjalan, dan otak yang terus berpikir yang kita ketahui lama kelamaan.Di pihak lain, kita melupakan tangan teratas yang ada di belakang semua kesuksesan dan kebahagiaan kita.Dampaknya, kita hanya mengingat Allah ketika mengalami krisis dan musibah serta saat-saat membutuhkan.
Sebagai sebuah catatan penting, orang yang tidak terbiasa percaya akan ketentuan-ketentuan Allah, niscaya keyakinannya tidak akan hidup dan tulus.
Tali yang disebutkan dalam kisah tersebut tidak lain hanyalah faktor-faktor yang mendukung kesuksesan seseorang. Meskipun sangat penting dan diperlukan, semuanya tidak mampu menyelamatkan kita selama tidak disertai dengan iman dan takwa yang kuat. Bahkan, bisa saja. kita sendiri yang akan terkena tipu muslihat, serta nasib
kita hanya berujung dengan kegagalan dan kehancuran. Sementara itu, semuanya hancur dan sirna begitu saja, yang tersisa hanyalah dua langkah atau dua meter sepanjang ]alan keselamatan.





Pancaran Cahaya;
Jika benar kebahagiaan ibarat tanaman yang
lahannya tidak lain adalah jiwa dan hati manusia,
berarti iman kepada Allah dan hari Akhir adalah
air, makanan, udara dan cahayanya.
(Dr. Yusut Qardhawi)

 
Ide kecil Untuk  Hidup yang Besar.
Karim Assyadsili

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...