Translate This

->

Saturday, June 16, 2012

Kyai K.H. Abdullah Syukri Kembali “NGECHARGE” Asaatidz La Tansa



Selepas shalat Isya tadi malam (3 Oktober 2010), kami mendengar berita kedatangan Pemimpin Pondok Modern Daarussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Dr (Hc) K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Tentu saja para guru sangat bersyukur, karena kami akan menerima pelajaran berharga dari wejangan dan cerita-cerita hikmah beliau. Kami selalu mendapatkan pencerahan yang luar biasa menentramkan dan menggugah setiap kali kami mendapatkan suntikan motivasi dari Kiyai Syukri. Karena beliau sebagai guru dan orang tua kami, selalu menyampaikan hal-hal yang sangat empirik, kontekstual dan menyentuh persoalan yang kami hadapi di dunia pondok pesantren, khususnya La Tansa. Ditambah cerita-cerita menarik seputar kehidupan beliau; mulai dari lingkungan keluarga, suka duka beliau mengasuh pondok Gontor, seputar interaksi beliau lingkungan para pejabat negara, dan para tokoh baik di dalam maupun di luar negeri.
Malam itu juga K.H. Adrian langsung memberikan instruksi untuk mengadakan pertemuan seluruh guru keesokan harinya (Senin, 4 Oktober 2010) untuk mendengarkan taujihat dan irsyadat dari Kiyai Syukri. Sementara para santri dikumpulkan di Masjid untuk mendapatkan pembekalan kebahasaan dari Bagian Penggerak Bahasa Pondok (Qismu Nahdhotillughah).
Acara berlangsung dari Pkl. 08.00 s.d. 10.10, berisi wejangan dan arahan Kiyai Syukri dan sesi tanya jawab. Karena begitu sibuknya kami mencatat berbagai pelajaran dan pengalaman beliau, akhirnya pertemuan selama 2 jam 10 menit itu terasa singkat.

Sudah hampir setengah tahun ini kami memang belum mendapatkan siraman motivasi secara langsung dari beliau, setelah sebelumnya beliau rutin “ngecharge” kami. Biidznillaah, hari ini (4 Oktober 2010), di sela-sela kunjungan ke sebuah acara MUI dan Depag di kecamatan Bayah, Lebak, alhamdulillah beliau dapat meluangkan waktu untuk memberikan siraman motivasi, setelah sebelumnya diminta oleh K.H. Adrian Mafatihullah Kariem dan K.H. Soleh Rosyad. “Setruman Pak Kiyai Adrian ke saya ini memang luar biasa kuat, saya sampe pengen berkunjung ke La Tansa”, ungkap Kiyai Syukri menceritakan permintaan Kiyai Adrian memintanya ke La Tansa.
Pondok Pesantren La Tansa sebagai pondok pesantren yang mengadaptasi sistem Pondok Modern Gontor, dan memiliki hubungan historis dan emosional memang menjadi salah satu pondok pesantren yang oleh Kiyai Syukri sendiri terus dibina dan dipantau karena memiliki kesamaan idealisme, sistem dan nilai-niali yang diperjuangkan. “La Tansa adalah cabang Gontor, karena idealisme, nilai-nilai dan sistem pondok pesantrennya diadaptasi dari Gontor”, papar Kiyai Syukri.
Berikut kami kutipkan beberapa pernyataan motivatif beliau yang kami sarikan dari Sekretariat Pesantren.
“Gontor yang hingga saat ini eksis karena keikhlasan Tri Murti dalam mewakafkan Gontor”.
“Daar el Qolam dan La Tansa hingga saat ini eksis karena keikhlasan pendiri pondok pesantren La Tansa”.
“Keikhlasan saja tidaklah cukup, perlu ditopang dengan ilmu dan keterampilan, itulah yang dinamakan ikhlas-aktif”.
“Selain ikhlas, kita juga harus mencintai dan menyenangi profesi kita sebagai guru; mencintai dan menyenangi ngajar, santri, sistem, nilai-nilai dst”.
Jika ingin menjadi guru yang sukses, “Menjadi guru harus berdasarkan idealisme dan keterpanggilan jiwa, bukan karena didorong oleh keterpanggilan pragmatisme sesaat”.
“Meskipun saya putra dari salah satu pendiri pondok modern Gontor, saya tidak berhak mewarisi aset Gontor, tapi saya berhak mewarisi nilai-nilai dan sistem Gontor. Saya mewarisi nilai-nilai dan sistem Gontor dengan saya berkiprah dan berjuang secara kaaffah di Gontor”.
Politik tertinggi dalah politik Pendidikan”.
“Pesantren adalah lapangan perjuangan, bukan lapangan penghidupan”.
"Orientasi pendidikan pesantren adalah kemasyarakatan, tentang hidup dan kehidupan; bagaimana santri mampu berkiprah di tengah-tengah pluralitas maysarakat, dan tidak berorientasi pada upaya menciptakan pegawai/pekerja tapi dengan kemandiriannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan".
“Hidup harus menghidupkan, gerak dan menggerakkan”.
“Al mu’allim yu’allimu li talaamidzhi wa linafsihi; Guru mengajarkan ilmu untuk murid-muridnya dan untuk dirinya sendiri”.
“Guru, santri, wali santri dan semua yang hidup di pondok, harus menyatu dengan idealisme, sistem dan nilai-nilai pondok”.
“Saya membantu pondok-pondok alumni Gontor, bukan untuk apa-apa, tapi supaya Allah membantu Gontor”.
Demikian beberapa dari sekian catatan penting yang dapat kami publish di web ini, semoga bermanfaat, amin! JRD
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...