Iranian Tomcat
Indonesian Tomcat
Tomcat adalah pesawat perang yang menjadi andalan US Navy dalam beberapa dekade yang lalu. Kehebatan Tomcat sempat didongkrak oleh film Hollywood yang dibintangi oleh Tom Cruise pada era tahun 90 an, Top Gun. Sebagai sahabat Amerika, Iran yang pada waktu itu dipimpin oleh Mohammad Reza Pahlavi, Kerajaan Syah mendapatkan prioritas supply senjata dari negri Paman Sam. Perlu digarisbawahi bahwa tidaklah mudah untuk mendapatkan paket pembelian senjata massiv total mencapai 80 pesawat meski hanya 79 yang dikirim terutama Pesawat yang menjadi tulang punggung angkatan laut Amerika ini dengan perbagai pertimbangan baik itu politik maupun militer. Adalah suatu keanehan memang bagi negara yang menyeleksi dengan amat sangat ketat produk senjatanya bahkan ke tingkat embargo suku-cadang hanya gara gara berbeda pendapat masalah cara pandang dalam HAM, malah memberikan senjata pamungkas kepada negara yang baru saja menjadi teman akrab tanpa berfikir jauh ke depan setelah pemimpinnya berganti baik konstitusional maupun dengan kudeta. Itulah Iran, negara yang beruntung itu.
Paman Sam tidak menyangka setelah semua proses pengiriman selesei dan pelatihan pilot da co-pilot ke tingkat yang hampir sama dengan kemampuan pilot Us Navy malah terjadi "malapetaka" dengan digulingkannya Reza Pahlewi dan dipaksa menyerahkan kekuasaan kepada Khameini yang menandai dimulainya Revolusi Islam Iran. Karna frustasi dan marah, maka disulutlah perang yang seakan dipaksakan oleh Paman Sam dan sekutunya untuk menjatuhkan Iran melewati tangan Irak yang pada waktu itu dipimpin oleh diktator Saddam Hussein. Irak menjadi anak emas Paman Sam dan sekutunya dan mendapatkan seluruh senjata baik yang boleh digunakan dalam peperangan maupun yang dilarang dalam konvensi Jenewa. Apapun kesalahan Saddam , Amerika tutup mulut. Dalam perang face to face melawan pasukan Iran di udara yang dikenal dengan 'dog fight' , Angkatan udara Irak dipaksa kalah telak karna superioritas Tom Cat dalam pertarungan udara melawan jet jet Irak yang pada waktu itu mengandalkan jet bikinan Rusia. Kemenangan di udara ini juga menaikkan moral tentara Iran yang bukan hanya terdiri dari militer ( pengawal revolusi ) ansich namun gabungan dengan sipil dibawah arahan langsung spiritual pemimpin besar Iman Khomeini yang terkenal sangat militan itu dan tidak mengenal takut menghadapi kematian. Akhir skenario, dua negara bertetangga yang sama-sama muslim ini menghentikan peperangan setelah jutaan rakyatnya menjadi korban kebiadaban perang.
Benang merah yang bisa kita ambil adalah bahwa Tom Cat telah menjadi representasi dari petuah senjata makan tuan terutama bagi Amerika yang menjadi produsen burung besi ini. Semua itu tidak terlepas dari kebijaksanaan pemimpin besar Revolusi Imam Khomeini yang meski memusuhi Amerika namun tidak membutakan logika. Sedari Awal revolusi keberadaannya dipertahankan dan terbukti pesawat -pesawat tersebut dengan gagah berani membela negara Persia ini dari ancaman luar , sampai sekarangpun pesawat-pesawat tersebut masih menjadi andalan Angkatan Udara Iran IRIAF dan dengan arahan beliau pula, proses upgrade dan perudalan dengan menggunakan sumberdaya lokal menjadi tulang punggung dalam bertahan menghadapi embargo selama 33 tahun dan mempertahankan pesawat yang semakin hari akan semakin lapuk dimakan usia tanpa ketergantungan dari produsen asalnya. Tak ayal lagi, produsen asal yang nota bene musuh bebuyutan akan memutar otak dalam mengalkulasi seberapa canggihnya Tom Cat sekarang dibandingkan dengan Figther terbaru Sehingga dengan berkah Allah Swt, skenarioNya telah terpenuhi yakni melawan keganasan hegemony Amerika dengan produk ciptaan Amerika sendiri. Itulah Iranian Tom Cat. Beda dengan Indonesian Tom cat, yang merupakan ulat bulu yang menyerang beberapa wilayah di Jawa khususnya di Jawa Timur dan sekitarnya. Tom cat yang menyerang Jawa Timur ini telah menjadi momok masyarakat karna menyebarkan penyakit gatal yang hebat sampai kelihatan bentol bentol karna bisa yang disemburkan beracun. Harapan saya dengan perbandingan ini adalah, kita sekarang dengan mudah mendapat suply senjata dari Amerika walaupun tidak sama persis yang terjadi pada Iran, kalau Iran pada waktu itu menerima paket dalam keadaan terbungkus plastik alias baru, namun kita menerima F 16 dalam keadaan sudah bekas pakai dan kabar yang saya dengar membutuhkan biaya maintance yang tidak sedikit agar keadaannya bisa layak terbang. Setidaknya kita bisa memanfaatkan momentum kedekatan kita dengan Amerika sebaik mungkin untuk mendapatkan pesawat terbaru yang menjadi tulang punggung dari US Navy. Semua tidak mustahil karna pemerintahan RI sudah menjadi karib Amerika terutama dalam perang melawan terorisme yang digaung-gaungkan Amerika dan satu hal , bukanlah pesawat bekas yang boleh jadi menjadi besi tua jika kita tidak siap dengan 'jiwa mandiri' seperti yang dicontohkan oleh Iran kalau kalau sewaktu waktu terjadi perubahan kebijakan di White House terhadap Jakarta ke arah yang lebih buruk.
Nur Kholis Ghufron
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.