Translate This

->

Friday, June 8, 2012

Tinjauan Kata Syubbiha Secara Tata Bahasa Posted by abu hanan pada 7 Mei 2012


Umat Islam sepakat bahwa perbedaan pemahaman tentang penyaliban ini merujuk ke Qs.4:157 merupakan masalah khilafiyah belaka karena ini bukan menyangkut prinsip keimanan Islam sehingga polariisasi pemahaman ini dapat memperkaya pengetahuan masing-masing disamping itu juga sebagai media intropeksi bahwa sesungguhnya pengetahuan manusia sangat terbatasi dan kemungkinan kesalahan sangatlah besar karena hanya Allah SWT lah yang maha mengetahui dan maha benar dgn segala firmanNya.
Ayat-ayat Al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu untuk dikaji lebih lanjut, sehingga jika ada ayat Al-Qur’an menyebutkan tentang sains maka ayat tersebut dikaji juga dgn sains, jika Al-Qur’an berbicara tentang proses penciptaan manusia maka ayat tsb dapat dikaji dgn ilmu embriologi dsbnya.
Begitu juga tentang penyaliban Isa Almasih atau Yesus selazimnya ayat QS.4:157 dapat kita kaji juga dgn kronologis penyalibannya yg tersebut pada bibel.
QS.4:157 yang merupakan satu-satunya petunjuk dari Allah SWT tentang penyaliban Isa Almasih aka yesus ini..
terjemahan perkata QS. 4:157 ;
وقولهم dan ucapan mereka إنا sesungguhnya kami قتلنا telah membunuh المسيح Al Masih عيسى Isa ابن putera مريم Maryam رسول Rasul الله [/size][/color]Allah وما dan tidak قتلوه mereka membunuhnya وما dan tidak صلبوه mereka menyalibnya ولكن akan tetapiشبه diserupakan لهم bagi mereka وإن dan sesungguhnya الذين orang-orang yang اختلفوا berselisih فيه tentangnya لفي benar-benar dalam شك keragu-raguanمنه daripadanya ما tidaklah لهم bagi mereka به dengan من dari علم pengetahuan/keyakinan
إلا kecuali اتباع mengikuti الظن persangkaan وما dan tidak قتلوه mereka membunuhnya
يقينا dengan yakin
kalau dirangkai secara keseluruhan maka terjemahan ayatnya seperti ini :
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
” dan ucapan mereka sesungguhnya kami telah membunuh Almasih Isa putera Maryam Rasul Allah dan tidaklah mereka membunuhnya dan tidak menyalibnya akan tetapi diserupakan bagi mereka dan sesungguhnya orang-orang berselisih tentangnya benar-benar dalam keragu-raguan daripadanya, tidaklah bagi mereka dengan dari pengetahuan/keyakinan kecuali mengikuti persangkaan dan tidak mereka membunuhnya dengan yakin “
Terjemahan depag untuk ayat ini :
“dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.”
kita lihat juga terjemahan dari Yusuf Ali :
That they said (in boast), “We killed Christ Jesus the son of Mary, the Messenger of Allah”;- but they killed him not, nor crucified him, but so it was made to appear to them, and those who differ therein are full of doubts, with no (certain) knowledge, but only conjecture to follow, for of a surety they killed him not:-
Perbedaan yang nampak dari terjemahan kata per kata dari teks asli Al-Quran dgn terjemahan Depag yaitu pada kata شُبِّهَ “syubbiha” dimana diterjemahkan oleh tim lajnah Depag RI menjadi frase “orang yang diserupakan dengan Isa” padahal arti kata yg sebenarnya hanya “diserupakan”… dari mana frase “orang yang diserupakan dengan Isa ini??? kesimpulan saya sepertinya terjemahan Depag pada ayat ini sudah terinterpolasi dgn penafsiran padahal seharusnya terjemahan adalah mengartikan kata perkata sesuai dgn teks literalnya bukan terjemahan yang disisipi dgn penafsiran.. namun untuk membuktikan kesimpulan saya ini coba kita pelajari lagi dgn tata bahasa arab utk kata شُبِّهَ “syubbiha” ini…….
Kata ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” berada dalam bentuk pasif (pasive voice) dan berkala lampau (perfect). Bentuk ‎pasif ini berfungsi membuat kata kerja transitif dari kata kerja intransitif ‎‎(transitivizing). Maknanya adalah intensif, kausatif, deklaratif, atau ‎denominatif. Bentuk tersebut menyebabkan perubahan makna dari “serupa” ‎menjadi “menyerupakan dengan” atau “menyerupai”.
Berhubung kata ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” berada dalam bentuk ‎فُعَِّلَ‎ “Fu”ila’, maka makna gramatikal kata ‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” adalah “A diserupakan dengan ‎B” .. Kata ‎شُبِّهَ‎ ‎‎”syubbiha” juga berasal dari kata kerja ‎شبه‎ ‎‎’syabaha’ yang bermakna leksikal yaitu serupa (like) ‎‎atau mirip (similar, resemble)
Ada 2 kemungkinan disini dgn kata ‎‎‎شُبِّهَ‎ syubbiha tsb sebagai kunci untuk keseluruhan makna ayat tsb..
1. pendapat sebagian besar ulama bahwa bukannya Nabi ‘Isa yang mereka tangkap dan mereka hukum bunuh melalui metode penyaliban, akan tetapi orang lain yang perwujudannya ‎‎‎شُبِّهَ‎ ( serupa/ menyerupai/mirip ) atas kuasa Allah SWT
atau kemungkinan kedua ;
2. kata Syubbiha lahum yang dibuat kelihatan serupa dengan seorang yang disalib bagi mereka adalah merujuk pada peristiwa penyalibannya yang diserupakan bukan orang lain yang diserupakan bagi mereka..
Kemudian mari kita uraikan lagi secara lebih rinci :
ayat QS. 4:157 sama sekali tidak mengindikasikan adanya objek pengganti baik eksplisit maupun implisit karena tidak adanya lafadz atau bagian ayat yang mendahului kata pengganti lafadz ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubiha’ tsb kecuali diri Nabi Isa sendiri ( huwa al-musyabbah bihi walaysa bimusyabbah ) padahal lafadz ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” majhuwl dan dalamnya ada damir mufrad yang mustatir (tersembunyi) dan menurut hukum nahu damir itu harus terdahulu sebutannya dengan lafadz /makna/ hukum lagipun apabila nabiul fa’il kata syubbiha disebutkan maka itu akan berarti bahwa Nabi Isa lah yg diserupakan wajahnya menjadi rupa orang lain, bukan orang lain yang diserupakan menjadi wajah nabi Isa. dan kalaupun objeknya diserupakan maka kalimatnya akan berbunyi “walakin syubbiha lahu bukan walakin syubbiha lahum.. selain itu kata ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” merupakan verba pasif dalam bentuk fi’il madhi dan sebagai subjek masuk ke isim damir ketiga yaitu ‎هو‎ “hû”, ‎yang bisa muttasil namun bisa juga munfasil dan karena verba tsb fi’il madhi maka sufiksnya adalah û dan kalo dilihat dari Distingsi penanda gendernya yang juga terlihat pada fungsi objek yaitu û untuk jamak maskulin maka akan lebih sesuai digunakan “it” ( merujuk ke kata benda ) sebagai fungsi objek implisitnya… dan mungkin hal itulah yg membuat mufassir seperti Yusuf Ali menggunakan subjek it bukan he ( it was made to appear ) dan beberapa terjemahan dari selain depag juga tidak ada yg menggunakan frase ” orang yg diserupakan ” seperti A.Hassan dan Hasbi Ash-Shiddieqy menterjemahkan kata ‎‎‎شُبِّهَ‎‎ “syubbiha” ini menjadi “akan tetapi disamarkan kepada mereka”
Bahwa makna kata ‎‎‎شُبِّهَ‎‎ “syubbiha” ini bukanlah dimaksudkan adanya orang lain diserupakan utk menggantikan Isa/yesus melainkan kejadian kematiannya yg diserupakan yaitu seolah-olah orang-orang yahudi dan tentara romawi melihat Isa/yesus seperti mati padahal tidak sama sekali hanya diserupakan seperti mati.
Ada perbedaan yg sangat mendasar dlm terjemahan utk frase وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ antara terjemahan Depag dgn terjemahan mufassir lainnya sebagai contoh adalah terjemahan dari beberapa mufassir yg saya kutip seperti berikut :
1. Khalifa “they were made to think that they did”
2. P. Muslim “but it appeared to them as if they had”
3. Asad “but it only seemed to them [as if it had been] so”
3. Pickthail ” but it appeared so unto them”
4. Yusuf Ali “but so it was made to appear to them”
5. Shakir ” but it appeared to them so (like Isa)”
6. Depag RI ” tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka”
Anda bisa lihat dari terjemahan 5 mufassir, hanya Shakir yg “hampir” sama dgn terjemahan Depag RI sedangkan yang lain tidak menterjemahkan frase tsb yg menunjukkan adanya “pemeran pengganti” namun Shakir juga tidak terlalu tegas karena kalimat like isa yg ia tuliskan kalimat tsb menggunakan tanda kurung.
Makna kata شُبِّهَ dari nahwu shorof kata tsb dapat disimpulkan bahwa tidak ada kaidah yg menunjukkan adanya “pemeran pengganti” dari kata شُبِّهَ tsb.
Kata ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” merupakan verba pasif dalam bentuk fi’il madhi dan sebagai subjek masuk ke isim damir ketiga yaitu ‎هو‎ “hû”, ‎yang bisa muttasil namun bisa juga munfasil dan karena verba tsb fi’il madhi maka sufiksnya adalah û dan kalo dilihat dari Distingsi penanda gendernya yang juga terlihat pada fungsi objek yaitu û untuk jamak maskulin maka akan lebih sesuai digunakan “it” ( merujuk ke kata benda ) sebagai fungsi objek implisitnya… dan mungkin hal itulah yg membuat mufassir seperti Yusuf Ali menggunakan subjek it bukan he ( it was made to appear ).
Bahwa kata ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” yang sebelumnya adalah fi’il madhi lalu dijadikan kata kerja transitif melalui perubahan objek implisit menjadi subjek eksplisit dgn menggunakan dhamir orang ketiga dgn distingsi penanda gendernya jamak maskulin sehingga menjadi kata benda ( ism ) kemudian di rafa’ kan menjadi subjek..
Anda bisa lihat penggalan kalimat sesudah frase وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ yaitu :
وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ dalam penggalan kalimat ini terdapat dua dhamir yaitu فِيهِ dan مِّنْهُ dan menurut saya kedua dhamir ini merujuk kepada lafadz ‎‎‎شُبِّهَ‎ “syubbiha” yang didalamnya ada dhamir mufrad yang mustatir sehingga ketentuannya mengikuti dhamir ghaib sebelumnya seperti yg telah diuraikan diatas, jadi dhamir ghaibnya tetap menggunakan هو‎ “hû” ( mudzakkar ) yang menunjuk ke kata benda ( ism) yg sudah dirafa’kan yaitu kejadian kematian Isa dan bukan Isa yang sebagai Fa’il ataupun mubtadanya.
Allah SWT menyatakan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa sesungguhnya Nabi Isa as aka Yesus tidaklah dibunuh dan disalib seperti klaimnya imam-imam yahudi sekaligus membantah doktrin kristen akan penebusan dosa dan penggenapan oleh matinya Isa as aka yesus ditiang salib.
Prosesi percobaan pembunuhan melalui cara penyaliban benar2 telah terjadi dan dengan berat hati sebuah fakta sejarah walaupun pahit haruslah tetap diungkapkan bahwa tidak ada korban jiwa di dalam proses pembunuhan tersebut.
Pemakaian redaksi kata “maa” bisa diartikan “apakah” atau “tidak” amat tergantung konteksnya. Dalam hal negasi atau penggunaan negative sentence” kata yang biasa atau umum dipakai dalam grammar arab adalah “laa” atau “laysa”. Pengertian “maa qataluhu” dan “maa shalabuhu” menunjukkan bahwa Isa as aka yesus tidak terbunuh dan tidak disalib. Khusus mengenai tidak disalib itu tidak selalu bermakna tidak disentuh atau diletakkan di palang kayu salib. Ada contoh ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertama berupa perintah membaca, maka nabi menjawab saya tidak dapat membaca, dengan redaksi : maa ana bi qari’ tidaklah berarti Nabi tidak mampu membaca sama sekali, memang pada saat itu beliau ummy (tidak dapat membaca dan menulis), setelah turunnya iqra’ maka nabi amat peduli dengan baca tulis, kepedulian tersebut ditunjukkan beliau pasca perang badr Nabi melakukan penawaran dengan kaum Quraisy tentang tawanan yang ingin bebas dapat menebus dengan harta atau proses pengajaran ilmu membaca dan menulis. Kalau sahabat saja dianjurkan untuk dapat membaca dan menulis maka sudah barang tentu nabi tidak lagi ummy.
Di samping itu pengertian tidak disalibnya nabi isa itu tidak bisa dilepaskan dari historis tentang makna penyaliban itu sendiri, sebagaimana dirujuk pada hukum Yahudi Ortodok maka orang yang benar-benar disalib adalah apabila dia terpaku di tiang kayu salib sampai mati alias meninggal termasuk dgn cara dipatahkan kakinya. Nabi isa pada saat ditiang kayu salib tidak dipatahkan kakinya seperti 2 preman yg disalib bersama dgnnya sehingga beliau tidak mengalami hukuman penyaliban seperti pada umumnya yaitu dipatahkan kakinya karena tentara romawi melihat beliau seperti sudah meninggal.. dan inilah cara pertolongan Allah SWT kepada Isa as aka yesus yaitu disamarkan kondisi Isa as aka yesus kepada tentara Romawi sehingga seolah-olah melihat Isa as aka Yesus seperti sudah meninggal agar mereka tidak mematahkan kaki beliau dgn tujuan utk mempercepat kematian Isa as aka Yesus ditiang kayu salib sehingga Isa as aka Yesus tidak mengalami kematian ditiang kayu salib/pancang.
Jadi istilah Syubbiha lahum (ia dibuat kelihatan serupa dengan seorang yang disalib bagi mereka adalah merujuk pada peristiwa penyalibannyalah yang diserupakan bukan orang lain yang diserupakan bagi mereka). Kata “syabbaha” mengandung arti : ia membuat (nya atau itu) serupa dengan (ia atau itu). Syubbiha ‘alaihil amr berarti hal itu dibuat samar, kabur dan meragukan baginya. Alasan yang terutama ialah bahwa selain Isa tidak ada orang lain yang disebutkan disini atau ditempat lain pada ayat dan bentuk pasif hanya digunakan bila konteks sudah nyata sekali, siapa yang yang dimaksudkan sebagai subyek yang tidak disebutkan. Jadi disini kita melihat ayat ini sama sekali tidak menyatakan secara implisit bahwa bangsa yahudi/imam-iman yahudi telah membunuh ataupun telah menyalib seseorang yang dimiripkan dengan Isa as aka yesus. Dengan begitu, maka terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia : “… tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka” terjemahan yang sama sekali tidak ditemukan dalam lafas asli pada surah an-Nisaa’ ayat 157.
**
didedikasikan untuk yang selalu dirindukan
Forever Muslim
Terima kasih atas sumbangsih pemikiran.Jazakumullah khairan.
File download;
http://laskarislam.indonesianforum.net/t2370-download-ebook-karya-laskar-islam#top

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...