Translate This

->

Sunday, March 25, 2012

WSC inspirational Public Figure: K.H. IMAM ZARKASYI (Muhammad Nur)

K.H. IMAM ZARKASYI




Lahir di desa Gontor pada tanggal 21 Maret 1910. Putera ketujuh Kyai Santoso Anom Besari.

Pendidikan:
Sekolah Dasar Ongko Loro di Jetis Ponorogo, sementara itu mondok di pondok pesantren Josari Ponorogo, pernah pula belajar di pondok Joresan Ponorogo. Selesai dari Sekolah Ongko loro beliau melanjutkan ke pondok pesantren Jamsaren Solo. Pada waktu yang sama beliau belajar pula di Sekolah Mamba'ul 'Ulum dan kemudian masih di kota yang sama pula meneruskan ke sekolah Arabiyah Adabiyah pimpinan Ustadz M.O. AI Hasyimy sampai tahun 1930. Selama belajar di sekolah sekolah tersebut (khususnya Sekolah Arabiyah Adabiyah) beliau mendalami bahasa Arab. Diantara guru beliau yang banyak mendidik, membimbing dan mendorong beliau selama belajar di Solo adalah Ustadz Hasyimy, bekas pejuang Tunisia itu. Tidak lama setelah menyelesaikan pendidikannya di Solo beliau meneruskan ke Kweekschool di Padang Panjang sampai tahun 1935.

Pengalaman: 
Pada tahun 1936 setelah menyelesaikan jenjang pendidikan di kweekschool Islam Padang Panjang beliau dipercaya menjadi guru dan direktur di perguruan terebut. 
Setahun kemudian kembali ke Gontor dan bersama kakaknya mendirikan KMI di Pondok Modern Darussalam Gontor dan beliau menjadi Direkturnya.
Selain sebagai Direktur, pada tahun 1943 diminta untuk menjadi Kepala Kantor Agama Karesidenan Madiun.
Sesudah Indonesia merdeka, pada tahun 1946 diangkat menjadi Seksi Pendidikan pada Kementrian Agama. 
Sejak tahun 1948 1955 menjadi ketua PB Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII), selanjutnya tetap menjadi penasehatnya hinga akhir. 
Di Kementrian Agama, KH Imam Zarkasyi menjadi Kepala Bagian Perencanaan Pendidikan Agama pada sekolah dasar mulai tahun 1951-1953 dan Kepala Dewan Pengawas Pendidikan Agama pada tahun 1953. 
Pada Kementrian Pendidikan menjadi anggota Badan Perencanaan Peraturan Pokok Pendidikan Swasta tahun 1957. 
Pada tahun 1959 diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota Dewan Perancang Nasional (Deppenas). Pernah pula menjadi anggota Komite Penelitian Pendidikan. Meskipun telah keluar dari Departemen Agama, namun beliau masih dipercaya untuk menjadi ketua Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama (MP3A) hingga wafatnya. 
Di Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai Direktur KMI dan Pj. Rektor ISID hingga berpulang ke rahmatullah pada tahun 1985. 
Dalam kancah Internasional pernah menjadi Anggota Delegasi Indonesia dalam peninjauan ke Negara-negara Uni Sovyet tahun 1962 dan meniadi wakil Indonesia dalam Mu’tamar Majma' al Buhuts al Islamiyah (Muktamar Akademi Islam se Dunia) ke VII di Kairo Mesir tahun 1972. Disamping itu juga menjadi Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Wafat:

Pada tanggal 30 April 1985 pukul 21.00 WIB beliau meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Madiun dengan meninggalkan seorang Isteri dan 11 orang putera puteri.Yaitu: 
KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., alumni alAzhar University Kairo dan salah seorang Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, 
Hj. Siti Khuriyyah Subakir, alumni Mu’allimmat Muhammadiyah Yogyakarta, 
Hj. Dra. Siti Rosyidah, alumni IKIP Negeri Yogyakarta dan dosen ISID Gontor,
Drs. H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., alumni Darul Ulum Kairo dan Purek II ISID Gontor, 
Dra. Hj. Annisah Fatimah Tijani, alumni IAIN Sunan Kalijaga, dan Direktris Mu’alimmat AI Amin Madura,
Siti Farid Ismail, alumni PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 
Dra. Maimunah Alamsyah, alumni IAIN Sunan Ampel, 
H. DR. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, alumni College University of the Punjab Pakistan, Pengasuh Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Mantingan dan Dosen ISID Gontor,
H. Hamid Fahmi Zarkasyi, MA. M. Phil, alumni Institut of Educatioan and Research University of the Punjab University Lahore, 
Drs. Nasrullah Zainul Muttaqin, alumni SASDAYA UGM Yogyakarta dan Dosen ISID Gontor, 11) Ir. Muhammad Ridho, MM, alumni FTP Yogyakarta.
Karya tulis:
Senjata Penganjur
Pedoman Pendidikan Modern
Kursus bahasa Islam (No 1,2,3 tersebut ditulis bersama KH Zainuddin Fanani) Adapun buku buku yang beliau tulis sendiri adalah:
Ushuluddin (PelajaranAqaid/Keimanan)
Pelajaran Fiqh I dan II
Pelajaran Tajwid
Bimbingan Keimanan
Qowa'idul Imla'
Pelajaran Huruf Al-Quran I dan II Dan dibantu oleh Ustadz Imam Subani, beliau menyusun buku:
Pelajaran Bahasa Arab I dan II (beserta Kamusnya)
At tamrinat jilid I, II, III (beserta kamusnya)
I’rabu Amtsilati Al-Jumal, jilid I & II.


Selain itu beliau juga menulis beberapa buku petunjuk bagi santri dan guru di Pondok Modern, termasuk metode mengajar beberapa mata pelajaran. Buku buku karangan beliau hingga kini dipakai di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pondok pondok Pesantren Alumni dan beberapa sekolah agama.


K.H IMAM ZARKASYI DAN PONPES GONTOR 
K.H. Imam Zarkasyi merupakan salah satu pendiri dan pembina Ponpes Gontor yang dikenal dengan sebutan TRIMURTI,sebuah istilah yang demikian khas dan lebih berbau Hindu dan bukan berbau Islam. Ciri khusus demikian ini dapat merupakan hal yang negatif, karena dianggap kurang konsisten dengan ajaran Islam. Atau sebaliknya, justru penggunaan istilah Trimurti ini merupakan hal yang positif, karena menunjukkan keluwesan dan keluasan pandangan para pendiri ponpes Gontor. Ketiga pendiri Gontor diantaranya, K.H. Ahmad Sahal, K.H.Zainuddin Fanani dan K.H. Imam Zarkasyi. Dari mereka bertiga, Pak Zar tampak sebagai figur yang paling vokal, serta dapat dikatakan paling lama menghayati pasang surut ponpes yang dibinanya. Untuk mewujudkan “impian” ketiganya dalam membangun peradaban dunia pesantren modern. Diawali dengan didirikannya gubuk sebagai modal pertama ponpesnya. Sejak awal berdirinya, bukan bantuan atau dukungan moral yang diterimanya, tetapi justru berupa ejekan dan cemohan yang diterimanya. Namun itu justru memperkuat tekad ketiganya agar lebih tabah menjalani kesemuanya itu. Cibiran yang diterima dalam mendirikan ponpes mudah dimengerti, mengingat para santri yang mula-mula dibina adalah anak-anak kampung yang masih telanjang bulat, buta huruf, baik dalam budi pekerti dan agama. Wajarlah karena yang datang belajar baru anak-anak kaum dhuafa’, mereka yang tidak mampu, dan yang tersingkirkan. Hanya saja Trimurti cukup tekun menghadapi semua itu, satu persatu anak-anak kampung tadi tanpa rasa rikuh dimandikan. Setelah itu dipersilahkan “anak-anak belajar(dengan) duduk di atas daun-daun kelapa yang dianyam. Dan sampailah hingga hari ini. Yang lebih dikenal sebagai Pondok Pesantren Pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Sampai hari ini Gontor telah menelurkan beberapa cabang di beberapa wilayah nusantara, diantaranya: Pondok Modern Gontor 2, di Madusari, Siman, Ponorogo, tahun 1996; Pondok Modern Gontor 3 "Darul Ma'rifat" di Sumbercangkring, Gurah, Kediri, tahun 1993; Pondok Modern Gontor 4, yaitu Pesantren Putri Gontor di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, tahun 1990; Pondok Modern Gontor 5 "Darul Muttaqin" di Kaligung, Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1990; Pondok Modern Gontor 6 "Darul Qiyam" di Gadingsari, Mangunsari, Sawangan, Magelang, tahun 1999; dan Pondok Modern Gontor 7 “Riyadlatul Mujahidin”, di Podahua, Landono, Sulawesi Tenggara, tahun 2002; Pondok Modern Gontor 8 (labuhan Ratu ) dan Pondok Modern Darussalam Gontor 9 (way Jepara ) di Lampung; serta Pondok Modern Gontor 10 "Darul Amin"di Aceh Di samping itu juga dibuka Pondok Modern Gontor Putri 1 pada tahun 1997 dan Pondok Modern Gontor Putri 2 pada tahun 2002, menyusul berikutnya Pondok Modern Gontor Putri 3 di Kendari dan Pondok Modern Gontor Putri 4 di Kandangan, Kediri. Dan menginspirasi ratusan alumninya untuk mendirikan pondok pondok Masyhur seperti Al Amien Prenduan dll. PRIBADI K.H. IMAM ZARKASYI K.H. Imam Zarkasyi adalah pembina dan pendidik, peletak dasar pembaharuan pendidikan pondok. Wawasannya jauh ke depan dan luas ke cakrawala, tapi jiwanya tetap istiqomah. Modernisasi beliau lancarkan dalam hal metode dan cara, tetapi jiwa pondok yang ikhlas harus tetap dipertahankan. Pak Zar, demikian para santri biasa menyebut beliau, memiliki kepri-badian yang tangguh, seorang pendidik yang ulet dan pekerja keras yang tidak kenal lelah. Kalau berpidato suaranya khas, indah, dan berat, isinya luas berwawasan masa depan. Itulah sebabnya, beribu-ribu santri dan para tamu yang hadir di pondok tahan beberapa jam mendengarkannya. Pak Zar dikenal, baik di dalam maupun di luar negeri. Di Indonesia, khususnya di kalangan pendidik, K.H. Imam Zarkasyi dikenal sebagai tokoh yang berjuang memberi jawaban terhadap sebuah pertanyaan “Sistem pendidikan apakah yang paling sesuai untuk putra-putri umat Islam Indonesia?”, Jawaban beliau adalah “Sistem Pendidikan Pondok”. Argumen beliau mantap, sistem pendidikan pondok menanamkan kemandi-rian, kedisiplinan, keikhlasan dalam menuntut ilmu, ketaatan kepada pemimpin atau Kyai dan rasa persaudaraan (Ukhuwwah). Sebagai Guru Pak Zar boleh dikata sebagai sosok guru yang sangat faham akan metodologi pendidikan. Satu hal yang tak pernah ketinggalan dalam kesehariannya sebgai pengajar adalah i’dad (persiapan baik materi pelajaran, maupun mental). Secara logika, orang seperti beliau tak perlu lagi menggunakan I’dad, karena beliau telah mengerjakannya selama bertahun-tahun pada pelajaran yang sama. Namun, ketika hal itu dipertanyakan, beliau mengatakan, “Saya harus tetap punya pegangan, karena saya harus lebih babnyak lagi memberikan ilmu kepada para santri dari waktu ke waktu”. Sebagai seorang pendidik yang konsekuen dalam memilih jalan hidupnya. Basic Training selama masa asuhan sangat diterapkan dengan baik dalam penerapan metodologi mengajar. Bidang Kepemimpinan Pandangan-pandangan para alumni tentang pribadi Pak Zar, mungkin tak jauh berbeda dengan pendapat saya, bahwa Pak Zar adalah orang yang keras dalam bersiplin. Walaupun saya bukan alumni Gontor, namun saya adalah alumni Pondok yang memiliki dan menganut pemikiran para alumninya dan filsafat hidup yang telah beliau terapkan untuk pondok. Konsep yang beliau gunakan dalam keorganisasian adalah konsep “Organisme Kerja”; dengan mengumpamakan organisasi sebagai suatu tubuh yang saling membutuhkan satu sama lain, demi terjalinnya koordinasi dan jalannya program yang telah dicanangkan. Metode-metode yangsering beliau jalankan dalam kaitannya dengan keorganisasian, yakni: Kontrol terhadap pelaksanaan seluruh program Menganjurkan kepada seluruh pengurus agar sesering mungkin saling bertatap muka. Bidang Pendidikan Dalam bidang pendidiakan, yang saya ketahui, Pak Zar berpendapat bahwa ilmu pengetahuan saja bagi seseorang tidak cukup, karena ilmu pengetahuan hanyalah sebagai penunjang suatu keberhasilan, yang mempunyai peran lebih penting adalah keterampilan dan kecerdikan. Karena, kedua hal inilah yang sangat mewarnai kehidupan seseorang di masyrakat luas. Maka tak perlu heran bila Pondok Modern Gontor banyak memberikan kegiatan-kegiatan ekstra-kulikuler. Memang, hal demikianlah yang ternyata sangat dibutuhkan oleh santri, baik berupa keterampilan kerja maupun keterampilan jiwa yang berupa mental kerja. Bila terjadi dampak negatif setelah itu seperti mengantuk di kelas- itu tak lebih dari sebuah resiko kalau kita mementingkan pendidikan dari pada pengajaran, yang secara wajar sebenarnya mudah diatasi oleh diri pribadi santri sendiri. Dasar-dasar berpikir di pesantren, selain yang terdapat di kelas-kelas, juga terdapat dalam buku kecil semacam Khutbah Iftitah (Khutbah perkenalan), Petunjuk Mengisi Kekosongan, serta etiket dan sebagainya. Ide-ide pokok, seperti tujuan pokok pendidikan bukanlah dimaksudkan untuk mencetak “Pegawai” sangat ditekankan oleh Pak Zar. Dan berpikir Non-sektarian, sangat dikedepankan dalam rangka menekankan dan menggarisbawahi perluanya “Berdiri di atas dan untuk semua golongan”. Bidang politik Prinsip Pak Zar dalam dunia politik adalah seperti apa yang sering diucapkannya, “Politik saya adalah pendidikan”. Maka, yang lebih penting adalah bagaimana kita membina orang orang yang menjadi pejabat negara tadi, agar mereka siap menjadi pewarna negara. Kesemuanya tentu tidak lari dari jalur pendidikan sebagaimana mediatornya, maka pendidikan itulah yang lebih penting dalam hidup berpolitik dan bernegara. Bidang Keagamaan Dalam bidang keagamaan ada satu ungkapan beliau yang menuturkan bahwa sempalan-sempalan Islam itu akan tetap banyak di negeri kita. Karena itu, kita jangan sampai terlalu percaya (fanatik) kepada suatu golongan,sementara kita belum faham betul golongan lain. Namun suatu keharusan bagi kita untuk memahami benar hakikat golongan yang kita ikuti. Contohnya sekarang, orang mengikuti suatu golongan dengan penuh fanatisme, padahal dia sendiri tidak mengerti apa maksud dan tujuan dari golongan itu. K.H IMAM ZARKASYI DAN INTELEKTUALITAS Dalam seluruh kehidupan sehari-hari dan kepribadian beliau, tampak bahwa beliau lebih menekankan unsur-unsur akhlaq karimah (berbudi tinggi) dan pendidikan mental kejiwaan daripada pengajaran intelektualitas atau ‘Ulum wasi’ah (berpengetahuan luas). Lebih-lebih jika ulum wasi’ah itu tidak bermanfaat. Dan unsur-unsur itu terangkum dalam Motto Pondok Modern yang kini banyak diadopsi oleh banyak pondok yang menganut filsafat sama, dan akhlaqul karimah menduduki tempat paling pertama di atas unsur yang lain. Motto tersebut berbunyi sebagai berikut Berbudi Tinggi (akhlaqul karimah) Berbadan Sehat (ajsam sahihah) Berpengetahuan Luas (‘ulum wasi’ah) Berpikiran Bebas (afkar hurrah) Motto di atas menurut beliau mempunyai urut-urutan nomor pengutamaan, yaitu bahwa nomot pertama akhlaq karimah harus yang paling diutamakan, kemudian berbadan sehat, kemudian berpengetahuan luas, baru kemudian berpikiran bebas. Jelaslah di situ bahwa nomor tiga dan nomor empat yang merupakan unsur intelektualitas itu menduduki tempat di bawah akhlak mulia dan berbadan sehat. Menurut beliau seseorang boleh saja berpengetahuan luas dan berpikiran bebas, tetapi ia harus berakhlaq mulia terlebih dahulu dan berbadan sehat untuk memanfaatkan pengetahuannya yang luas. Pengetahuan luas dan berpikiran bebas jika tidak didasari akhlaq yang mulia akan sangat berbahaya. Selain dari pada itu ternyata pula bahwa beliau membedakan antara istilah pendidikan dan pengajaran. Yang beliau maksud dengan pendidikan adalah pendidikan mental kejiwaan dan akhlaq karimah, sedang yang beliau maksud dengan pengajaran adalah pengajaran ilmu pengetahuan atau pengembangan intelektualitas. Beliau dengan tegas mendahulukan pendidikan dari pada pengajaran. Beliau tidak menyukai akumulasi pengetahuan dan filsafat dalam arti pemikiran sekedar pemikiran sebagai sport otak atau tamattu’ yang tidak untuk dipraktekkan atau untuk penuntun hidup. Beliau lebih menyukai pikiran-pikiran yang fundamental yang jelas gamblang, jernih, jitu dan bisa dipraktekkan. PELAJARAN DAN FILSAFAT HIDUP YANG DAPAT DI AMBIL Sikap yang dicontohkan K.H. Imam Zarkasyi adalah sikap berani dan kejujuran: Kejujuran, beliau tampak dalam hak milik pribadi yang diwakafkan untuk pondoknya. Beliau memisahkan harta kekayaan pribadi dengan kakayaan pesantren. Dengan demikian pondok pesantren yang ditinggalkannya menjadi salah satu pondok pesantren yang memiliki ratusan hektar tanah wakaf dan beliau juga menerima bantuan-bantuan untuk kepentingan pondok pesantrennya dan bukan untuk kemewahan dan kemegahan pribadi dan keluarganya. keberanian, beliau tampak dalam mengambil sikap independen yang tidak memihak kepada golongan yang menjadikan dirinya besar. Independen di sini diartikan sebagai sikap yang tidak memihak kepada golongan tertentu, tetapi merangkul untuk semua golongan. Dengan demikian dikenal bukan hanya milik golongan tetapi juga milik Nasional. Filsafat hidup: Andaikata muridku tinggal satu, akan tetap kuajar, yang satu ini sama dengan seribu, kalaupun yang satu ini pun tidak ada, aku akan mengajar dunia degan pena. Kalau saya punya santri mau berjuang kedesanya, membina dakwah dalam desa itu, anak seperti itu cukup besar bagi saya Sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu Hidup sekali hiduplah yang berarti Jadilah Ulama yang intelek bukan intelek yang tahu agama Patah Tumbuh hilang berganti Berjasalah tapi jangan minta jasa Kalau kamu pergi, pergilah yang jauh yang dekat terlalui Janganlah kehilangan tongkat yang kedua kalinya ( peristiwa 19 Maret 1967) Dalam mengembangkan Pondok, supaya selalu hati-hati Tidak boleh lengah dalam urusan Administrasi, harus selalu waspada setiap detik Administrasi yang rapi, mutlak perlu ( wajib ) untuk menjaga kepercayaan Ada uang bisa membangun, ada uang tidak membangun berarti tidur nyenyak, tidak bekerja, uang habis, tidak ada bangunan sama dengan korupsi Anak-anaku, kalau kamu ingin mengetahui sesuatu, ajarkanlah sesuatu itu kepada Orang lain Janganlah kami dan Pondok kami ini, kamu jadikan seperti wc, hanya dikunjungi bila ada keperluan saja Kamu adalah orang-orang yang berharga, tapi jangan minta dihargai, kalau minta dihargai harga dirimu habis sepeser pun tidak ada. Kalau kamu mengajarkan suatu mata pelajaran niatilah : kamu jadi profesor dalam mata pelajaran itu Kalau kamu datang pada suatu tempat kamu sudah punya wibawa, tinggal memelihara wibawa itu, kalau salah langkah wibawamu akan turun, bahkan bisa hilang sama sekali Kalau kamu hidup itu hanya untuk hidup senang, cukup sandang pangan, punya rumah dan isteri, lalu punya anak, kalau hanya itu saja, itu sama dengan kambing PELAJARAN YANG SAYA DAPAT K.H. IMAM ZARKASYI Keras dalam mendidik, lemah lembut dalam pergaulan sehari-hari. Kiranya itulah pelajaran yang saya dapati dari sosoknya yang kharismatik. Semenjak saya memasuki dunia pesantren yang penuh lika-liku cobaan baik dari faktor internal maupun eksternal, saya merasakan bahwa tiada perjuangan yang patut disertai putus asa kalau memang ingin meraih kesuksesan hidup dunia-akhirat. Banyak hal yang saya dapati sosok beliau yang telah menginspirasi saya yang duhulu tidak sama sekali saya kenal. Itupun setelah saya diajarkan banyak hal oleh para guru-guru pesantren yang sedikit banyaknya banyak manganut paham dan filsafat pesantren Gontor. Perjuangan serta pengabdian untuk agama, bangsa, serta dedikasi beliau untuk para santrinya telah menginspirasi saya untuk mengaplikasikan filsafat hidup yang sedikit tidaknya telah saya terapkan untuk saat ini. Sembari itu, setamat dari pondok saya mencoba mengaplikasikannya dengan melewati “Masa Pengabdian” di pondok untuk satu tahun ini. Saya banyak terbantu dan termotivasi dengan para Guru Senior di pondok saya yang telah mengajarkan saya arti dari sebuah pengorbanan. Walaupun untuk saat ini pengorbanan itu masih belumlah sempurna teraplikasikan. Saya banyak terinspirasi oleh hasil didikan beliau dalam menelurkan kader-kader umat yang telah membumi diseantero nusantara untuk sekarang ini. Baik itu dengan Hidayat Nurwahid (mantan ketua MPR RI), Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah, K.H.Hasyim Muzadi, Ketua PP NU, Maftuh Basyuni, Mantan Menteri Agama RI, dan tokoh-tokoh lainnya seperti Dr. Nurcholis Madjid, Kafrawi Ridwan, M.A., Penasehat Golkar Pusat, Dr Hafidz Dasuki, mesin penggerak Depag, Emha Ainun Nadjib yang melesat dengan Lautan Jilbabnya, Kiai Kanjeng, Habib Chirzin, budayawan kondang asal kota Gudeg, dan K.H. Hamam Ja’far dengan pesantren Pabelannya. Bahkan tokoh penulis inspiratif saya A. Fuadi dan Akbar Zainuddin. Kesemuanya itu telah memberikan bara motivasi saya untuk menduplikasikan apa yang tidak saya tahu salah satu sosok pendiri Gontor ini, yang akhirnya, kini saya tuliskan dalam profil ini. Semoga saya mampu meniru apa yang Pak Zar dedikasikan untuk para santri, sehingga saya mampu menelurkan kembali kader-kader umat yang berkualitas. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Sumber Kutipan: Buku: Biografi K.H. Imam Zarkasyi “Di Mata Umat”, 1996. Gontor Press Sulaiman, Tasirun. 2009. Wisdom Of Gontor. Bandung: Mizania

No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...