VIVAnews - Pesawat Sukhoi Superjet-100 (SSJ-100) hilang kontak saat melakukan Joy Flight. Pesawat berpenumpang 47 orang itu hilang di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hilangnya pesawat SSJ-100 ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, sejumlah pesawat juga dinyatakan hilang di kawasan ini. Catatan VIVAnews, dalam lima tahun terakhir, sedikitnya 3 pesawat jatuh di lereng Gunung Salak.
Selain pesawat Sukhoi, pada 26 Juni 2008 lalu, pesawat Cassa TNI AU A212-200 jatuh di kawasan Gunung Salak. Sebanyak 18 penumpangnya tewas.
Pada Rabu 16 November 2011, pesawat Cessna C 172 milik PT Nusa Flying International School. Pesawat itu ditemukan dua pekan kemudian, tepatnya 29 November 2011. Tiga awak pesawat, M. Fikriansyah (19) dan Agung Febrian (30) ditemukan tewas dalam bangkai pesawat.
Secara astronomi, Gunung Salak terletak pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m (sekitar 7.253 kaki). Puncak Gunung Salak II berada 2.180 m dpl (7.152). Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl (atau 6.318).
Sementara itu, Sukhoi SSJ-100 itu hilang kontak sejak pukul 14.33 WIB. Pesawat itu hilang setelah meminta izin turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Koordinat terakhir saat hilang kontak berada pada koordinat 06.43.08 S dan 106.43.15 BSN.
Hilangnya pesawat SSJ-100 ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, sejumlah pesawat juga dinyatakan hilang di kawasan ini. Catatan VIVAnews, dalam lima tahun terakhir, sedikitnya 3 pesawat jatuh di lereng Gunung Salak.
Selain pesawat Sukhoi, pada 26 Juni 2008 lalu, pesawat Cassa TNI AU A212-200 jatuh di kawasan Gunung Salak. Sebanyak 18 penumpangnya tewas.
Pada Rabu 16 November 2011, pesawat Cessna C 172 milik PT Nusa Flying International School. Pesawat itu ditemukan dua pekan kemudian, tepatnya 29 November 2011. Tiga awak pesawat, M. Fikriansyah (19) dan Agung Febrian (30) ditemukan tewas dalam bangkai pesawat.
Secara astronomi, Gunung Salak terletak pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m (sekitar 7.253 kaki). Puncak Gunung Salak II berada 2.180 m dpl (7.152). Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl (atau 6.318).
Sementara itu, Sukhoi SSJ-100 itu hilang kontak sejak pukul 14.33 WIB. Pesawat itu hilang setelah meminta izin turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Koordinat terakhir saat hilang kontak berada pada koordinat 06.43.08 S dan 106.43.15 BSN.
Pesawat itu telah ditemukan pada Kamis 10 Mei 2012. Pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada ketinggian 5.800 kaki. Koordinat 0642613 South dan 10644412 East. Berada di 3,5 kilometer dari Cijeruk.
Menurut pengamat penerbangan, Suharto Madjid, kawasan pegunungan di Jawa Barat itu memang tergolong rawan untuk penerbangan. "Kalau soal medan, semua sama-sama tahu memang ada daerah-daerah yang secara geografis cukup berbahaya terhadap manuver pesawat," kata Suhato saat berbincang dengan VIVAnews.
"Ada kondisi-kondisi yang secara ilmiah memang ekstrem, apakah itu ada akumulasi listrik maupun angin."
Menurut Suharto, dalam 30 tahun terakhir, kawasan pegunungan di Jabar yang cukup rawan untuk penerbangan adalah Gunung Ciremai, Kawasan Gunung Halimun, dan Salak. Kawasan itu, lanjut dia, sering diselimuti kabut yang menyebabkan pesawat hilang kontak dan menghilang dari radar.
"Memang beberapa gunung tertentu cukup rawan terhadap jalur penerbangan. Seperti kalau di Medan itu di Bahorok, ada angin Bahorok," katanya.
Secara umum, tambah dia, jalur-jalur penerbangan di pegunungan harus diperhatikan ketinggian gunung, bagaimana kondisi angin dari samping, dan potensi hujan lokal.
"Seperti di pegunungan Jabar itu, kalau turun kabut bisa mengurangi jarak pandang. Sehingga kalau terbang rendah bisa menabrak gunung. Karena untuk manuver menghindar butuh waktu, jarak yang cukup. Itu yang sering dialami oleh para pilot kita," katanya. (sj)
Baca juga artikel himbauan saya klik di sini ......http://islamshout.blogspot.com/2012/05/hizb-nashor-untuk-densus-88.html
Menurut pengamat penerbangan, Suharto Madjid, kawasan pegunungan di Jawa Barat itu memang tergolong rawan untuk penerbangan. "Kalau soal medan, semua sama-sama tahu memang ada daerah-daerah yang secara geografis cukup berbahaya terhadap manuver pesawat," kata Suhato saat berbincang dengan VIVAnews.
"Ada kondisi-kondisi yang secara ilmiah memang ekstrem, apakah itu ada akumulasi listrik maupun angin."
Menurut Suharto, dalam 30 tahun terakhir, kawasan pegunungan di Jabar yang cukup rawan untuk penerbangan adalah Gunung Ciremai, Kawasan Gunung Halimun, dan Salak. Kawasan itu, lanjut dia, sering diselimuti kabut yang menyebabkan pesawat hilang kontak dan menghilang dari radar.
"Memang beberapa gunung tertentu cukup rawan terhadap jalur penerbangan. Seperti kalau di Medan itu di Bahorok, ada angin Bahorok," katanya.
Secara umum, tambah dia, jalur-jalur penerbangan di pegunungan harus diperhatikan ketinggian gunung, bagaimana kondisi angin dari samping, dan potensi hujan lokal.
"Seperti di pegunungan Jabar itu, kalau turun kabut bisa mengurangi jarak pandang. Sehingga kalau terbang rendah bisa menabrak gunung. Karena untuk manuver menghindar butuh waktu, jarak yang cukup. Itu yang sering dialami oleh para pilot kita," katanya. (sj)
Baca juga artikel himbauan saya klik di sini ......http://islamshout.blogspot.com/2012/05/hizb-nashor-untuk-densus-88.html
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.