Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. (QS 17:23)Ketika saya bertemu dengan istri saya, dia bukan seorang Muslim, dan saya tak pernah sekalipun berkata padanya, "Engkau harus masuk Islam." Saya tak pernah mengajarkan apa pun tentang Islam kepadanya, kecuali jika dia bertanya. Ketika dia bertemu Effendi2 kami, dia langsung memeluk Islam pada malam itu juga. Lalu dia mulai melakukan shalat sesekali. Pada suatu hari dia shalat dan hari lain tidak. Saya memberitahunya waktu-waktu shalat. Saya memberitahukan nama-namanya. Apapun yang dia tanyakan. Jika engkau ingin shalat, shalatlah. Itu antara engkau dan Allah. Tetapi secara perlahan-lahan, setiap pagi dia bangun dan melakukan shalat. Tiba-tiba dia semakin sering shalat. Anda lihat, Allah membimbingnya kepada shalatnya dengan segera. Saya selalu bahagia bila menyaksikan dia shalat, tetapi saya tidak akan terlalu memujinya dan membuat dia merasa rikuh. [Mengetuk-ketukkan jari di atas meja]. Saya terbiasa mengetuk-ketuk di atas kayu sebab itu merupakan tradisi orang Yahudi. Mungkin sama dengan tradisi orang Islam menyebut alhamdulillah.3 Ayah saya, semoga Tuhan meridainya dengan umur yang panjang, berusia delapan puluh empat tahun dan dalam keadaan sehat untuk ukuran usia itu. Dia menerima segala sesuatu yang saya kerjakan. Ayah dan ibu mencintai saya karena saya adalah anak mereka dan apa pun yang saya lakukan selalu mereka setuju. Dan karena mereka begitu baik dan sayang pada saya, saya mencintai mereka dan menurut pada mereka. Ketika saya memeluk agama Islam, saya tidak pernah berkata pada mereka, "Saya memeluk Islam." Mereka tahu saya sering membuat program-program untuk acara radio. Mereka tahu saya telah pergi ke seluruh Timur Tengah, dan bahwa saya mengucapkan "La ilaha ill Allah". Pada suatu hari ayah saya berkata, "Engkau seorang Sufi. Apakah Sufi itu ada hubungannya dengan Islam?" Saya berkata, "Ya." Dia bertanya, "Artinya?" Saya menjawab, "Artinya itu berhubungan dengan Islam." Sikap saya sama seperti yang saya lakukan terhadap istri saya yang cantik. Dia berkata lagi, "Baiklah, apakah itu, Muslim atau apa?" Seperti yang saya lakukan terhadap istri raya yang cantik, saya menjawab, "Apakah ayah benar-benar ingin mengetahuinya?" "Ya," jawabnya. Saya pun berkata, "Baik, itu artinya saya telah memeluk agama Islam. Saya seorang Muslim." Dan dia berkata [dengan ragu-ragu], "Tidak." Dan saya pun berkata, "Ya, itulah yang telah saya lakukan." Dia bertanya, "Apakah itu berarti engkau bukan seorang Yahudi lagi?" Saya jawab, "Saya tidak bilang begitu. Saya tidak mengatakan apa pun tentang Yudaisme. Saya seorang Muslim. Saya berdoa sebagai seorang Muslim. Saya tidak pernah mengatakannya kepada ayah karena saya tidak ingin melukai ayah. Engkau ayah saya, tetapi saya harus menjalani kehidupan sebagaimana yang saya yakini. Tetapi saya tidak berusaha menampakkan keislaman saya di hadapan ayah." Waktu berjalan terus. Dia bertanya tentang Islam kepada saya. Jika dia bertanya, saya akan menjawab. Suatu hari, ketika sedang duduk-duduk di rumahnya --dia tinggal sekitar tiga puluh lima mil dari rumah saya-- dia berkata pada saya, "Saya ingin membaca Al-Quran. Tahukah kamu cara mendapatkan Al-Quran?" Saya duduk menemaninya selama lima menit, minum teh. Kemudian saya cium dia. "Saya harus pergi sebentar." Saya segera pulang ke rumah. Saya kembali dan membawakan Al-Quran untuknya. Saya berkata, "Ini, Inilah Al-Quran." Di New Jersey, ada sebuah tempat yang terpisah di pekuburan umum untuk pemakaman kaum Muslimin, sebab seorang Muslim dikuburkan dengan menghadap Ka'bah. Tidak semua pekuburan menyediakan tempat seperti itu. Tetapi kami mengusahakannya. Kami membeli area pekuburan, dan saya mendatangi ayah dan memohon izin agar dimakamkan sebagai seorang Muslim dengan saudara saya Jerrahis, bukan dengan keluarga saya di pekuburan itu. Ayah saya, alhamdulillah, memberikan izinnya. Tapi jika dia berkata, "Engkau harus dikuburkan di samping saya," saya bersedia dikuburkan di sampingnya --karena dia ayah saya. Tetapi dia memberikan izinnya agar saya dapat dikuburkan dengan saudara-saudara saya sesama Muslim. Sekarang, alhamdulillah, bila waktu saya telah tiba, maukah Anda membacakan Al-Fatihah untuk orang papa ini. Saya hanya ingin tahu siapa yang akan memandikan saya, hanya itulah yang ingin saya ketahui. Catatan kaki:2 Syekh Besar aliran Halveti-Jerrahi, dari Istambul3 Segala puji hanya ditujukan kepada Allah. | |
|
Monday, April 16, 2012
Jihad Gaya Amerika:"Apakah Itu Berarti Anda Bukan Orang Yahudi?"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.