Setelah sarapan di sebuah hotel di South
Side Chicago, dua orang anak laki-laki menyapanya. Ali
"diagung-agungkan" dalam perjalanannya ke kamar mandi.
"Saya telah berpuasa dan shalat," katanya kepada kedua
anak yang tersenyum itu. "Lihat kaki saya."
Dia berputar ke satu sisi, tampak wajahnya yang tampan, dan
berhenti. Sedetik kemudian, dia berjinjit dengan hati-hati pada kaki kirinya,
dan tampak seolah mau terbang ketika kaki kanannya diangkat dari karpet.
Anak-anak itu tertawa dan minta tanda tangan Ali. Sang Juara
membubuhkan tanda tangannya di sebuah pamflet Islami dan memberikan satu pada
setiap anak.
Pernah menjadi sebuah mesin pemukul yang sangat hebat yang
menimbulkan rasa takut pada lawannya, Ali masih merupakan figur yang
mengagumkan. Dia duduk di deretan atlet terbesar abad kedua puluh, dan mengubah
status atlet kulit hitam dalam pandangan manusia. Dia mengangkat martabat atlet
kulit hitam ke tempat yang tinggi, dengan mendapatkan penghormatan dan
penerimaan yang baik dari masyarakat, putih maupun hitam.
Ali bertahan sebagai pusat perhatian selama lebih dari dua
dasawarsa. Dalam waktu itu dia berhasil menguasai mahkota kejuaraan tinju kelas
berat selama tiga kah, dan menjadikan dirinya sebuah legenda.
Cassius Marcellus Clay, Jr., dilahirkan pada 17 Januari 1942 di
Louisville, Kentucky, dari seorang ayah yang bekerja sebagai pelukis papan nama
dan reklame, Cassius Marcellus C1ay, Sr., dan seorang ibu, Odessa Grady Clay,
seorang pembantu rumah tangga. Dua puluh dua tahun kemudian, dia dilahirkan
kembali.
Cassius Clay diberi sebuah nama baru oleh Elijah Muhammad pada
1964, ketika Elijah membuat sebuah pernyataan umum dalam suatu siaran radio
dari Chicago pada tanggal 6 Maret: "Nama Clay ini tidak menyiratkan arti
ketuhanan. Saya harap dia akan menerima dipanggil dengan nama yang lebih baik.
Muhammad Ali, nama yang akan saya berikan kepadanya selama dia beriman kepada
Allah dan mengikuti saya."
Selama tiga tahun sebelum pertarungannya untuk memperebutkan gelar
juara dunia kelas berat dengan Sonny Liston, Clay telah menghadiri
pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh Nation of Islam. Kehadirannya dilaporkan
oleh koran Daily Nezus di Philadelphia pada September 1963; tetapi pada Januari
1964, dia berbicara di sebuah rapat Muslim di New York. Dia membuat sensasi
yang besar. Beberapa minggu kemudian, ayahnya mengatakan bahwa Clay telah
bergabung dengan Nation:
Clay masih belum memberikan pernyataan publik tentang
keikutsertaannya dalam Nation of Islam. Tetapi dia sibuk mempelajari Islam di
bawah bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang Abdul Rahman), yang dijumpai Clay di
Miami pada 1961, dan menteri Ishmael Sabakhan. Pelajaran-pelajaran mereka
merupakan hasil ajaran Nation of Islam: Tuhan adalah orang kulit hitam, tetapi
kaum kulit hitam di Amerika memakai nama majikan budak.
Pelajaran yang membakar dapat didapat dari perjalanan ke daerah
Selatan, atau dengan mudah bisa didapatkan dengan menonton televisi. Jim Crow sedang
berada pada masa kejayaannya, dan seratus tahun setelah penghapusan perbudakan,
kaum kulit hitam disemprot dengan selang air di jalanan, dipukuli, ditembaki,
dan dilukai sampai cacat karena memperjuangkan kesetaraan rasial di Amerika
Serikat.
Clay merenungkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad, membaca surat
kabar yang diterbitkan Nation, dan mencari bimbingan dan saran dari Malcolm X,
yang dijumpainya di Detroit pada awal 1962. Pesan di balik perjuangan kaum
kulit hitam terhadap supremasi kulit putih dapat dimakluminya.
Sebelum pertandingan Clay melawan Liston, Malcolm mengunjungi Clay
sebagai pribadi, bukan sebagai wakil Elijah. Malcolm menganggap Clay sebagai
adiknya dan menasihati dia, melambungkan kebulatan tekadnya untuk bangkit
melawan tantangan yang berat --untuk mengungguli Liston. Ingat David dan
Goliath, ujar Malcolm menyemangatinya.
Malcolm meninggalkannya hanya setelah promotornya mengancam untuk
membatalkan pertandingan jika dia masih berkeliaran di sekitar tempat itu. Di
satu pihak Clay merasa takut jika dia tidak akan diizinkan untuk bertanding
memperebutkan gelar di kelas berat apabila hubungannya dengan Nation diketahui.
Walaupun merasa sangat takut menghadapi Liston, akhirnya Clay
menang dalam pertandingan itu karena, dia yakin, bahwa itu merupakan
"waktu Allah". Clay benar-benar bergerak menjauhi jangkauan Liston
dan menghajarnya dari sudut-sudut yang berlainan. Ketika pada akhir ronde
keempat mata Clay terasa perih dan buta sebagian (mungkin karena minyak gosok
dari tubuh dan sarung tangan Liston), Angelo Dundee mendorongnya kembali ke
ring, lalu Clay mempergunakan kelihaian dan keyakinannya untuk menghindari
pukulan Liston. Liston yang terluka mengakhiri pertandingan sebelum bel ronde
ketujuh berbunyi. Dunia memiliki seorang juara baru.
Setelah Clay menang, Elijah Muhammad membalik strateginya. Dia
berkata pada lima ribu pengikut di Chicago: "Saya bahagia bahwa dia
mengaku sebagai seorang yang beriman. Clay membuktikan diri sebagai seorang
yang lebih tangguh dan menyelesaikan pertandingan tanpa rasa takut karena dia
telah menerima Muhammad sebagai Utusan Allah."
Malcolm mungkin telah berusaha untuk menarik Ali ke sudutnya
sendiri ketika Malcolm telah merencanakan untuk memisahkan diri dari Nation.
Tetapi Ali dilaporkan mengatakan pada seoran koleganya, "Orang itu tidak
dapat meyakinkan saya untuk melawan sang Utusan."
Akhirnya Malcolm dikucilkan dan Ali tetap berada di kubu Elijah
Muhammad, menghina Malcolm ketika berada di Ghana ("Tak seorang pun yang
mendengarkan Malcolm lagi") dan mengikuti Elijah sampai kematian pemimpin
itu pada 1975.
Sekarang Ali mengumumkan bahwa dia dan semua orang di Nation
akhirnya melaksanakan ajaran Islam ortodoks yang sama dengan yang dilakukan
Malcolm setelah dia meninggalkan Nation. Dan Ali lebih mentaati dan mencintai
Allah daripada mengindahkan ajaran-ajaran Elijah Muhammad. Ali mengambil
pandangan umum bahwa Elijah memainkan peran penting dalam mengangkat kaum kulit
hitam Amerika --membebaskan mereka dari obat-obatan, alkohol, makanan yang
beracun, dan perusakan diri pada umumnya.
Ali tidak pernah mengikuti arus pemikiran "iblis berkulit
putih". "Hati dan jiwa tidak berwarna," katanya sekarang.
Dia telah membelanjakan uangnya beberapa ratus ribu dolar untuk
buku-buku dan pamflet-pamflet Islami untuk memperkenalkan agamanya. Dia percaya
bahwa bukan hanya kaum Muslim tetapi juga orang Kristen dan Yahudi yang takut
pada Tuhan akan masuk surga.
Para dokter berkata bahwa Ali menderita Sindroma Parkinson yang
sangat mengguncangkan jiwanya, sebagai akibat dari luka karena pertarungan dan
terkena pukulan yang terus-menerus di kepalanya. Tentang kondisinya, Ali
mengatakan bahwa dia telah mendapatkan hidup yang baik sebelumnya dan sekarang.
Dia tidak membutuhkan simpati dan belas kasihan; dia hanya ingin menerima
kehendak Allah. Pada kenyataannya, dia berkata tidak ada idola dalam Islam dan
itu mungkin karena dia telah dijadikan idola oleh berjuta-juta orang, Allah
merendahkannya untuk mengingatkannya pada kenyataan bahwa tak ada seorang pun
yang lebih hebat dari Allah.
Perjuangan Ali yang utama sekarang adalah mencoba menyenangkan
Allah dalam segala hal yang diperbuatnya. Menguasai dunia tidak membawanya
kepada kebahagiaan yang sejati; kebahagiaan sejati, katanya, hanya didapatkan
dengan menyembah Allah.
| |
Monday, April 16, 2012
Si Perkasa
Label:
Jihad gaya Amerika,
Muallaf muallaf
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Berilah Komentar!!
Trimakasih atas kunjungannnya.